Kamis, 19 Februari 2015
Pengurus Baru, Semangat Baru, Mari Kita Ciptakan Sejarah Baru
Sabtu,
13 Desember 2014 menjadi tanggal penting bagi HmI Komisariat Ekonomi
Universitas Andalas. Pasalnya, pada hari itu, HmI Komisariat Ekonomi Unand
resmi dikelola oleh pengurus baru yang dinahkodai oleh Haady Kurniawan.
Pelantikan pengurus HmI Komisariat Ekonomi Unand periode 2014/2015 yang
berlangsung di wisma HmI/Kahmi Cabang Padang itu dihadiri oleh pengurus baru,
pengurus demisioner, anggota komisariat, para tamu undangan, dan juga kakanda
Dwinda Rahman serta Bang Roni Azmal Fahdi yang mengaku sebagai “Ikahmi
Junior”.
Acara
pelantikan berlangsung dengan khidmat. Dimulai dengan pembukaan oleh Putri
Kurnia Igatama selaku pembawa acara, lalu dilanjutkan dengan pembacaan ayat
suci Al-Qur’an oleh Fahrul Rozi Kholis, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya
beserta Hymne HmI yang dipimpin oleh Mutia Arindra.
Acara
selanjutnya adalah bagian yang paling sakral pada acara ini, yaitu pelantikan
pengurus atau bai’ah. Diawali dengan pembacaan Surat Keputusan (SK) oleh Rayza
Thipanna selaku pengurus HmI Cabang Padang yang juga berasal dari Komisariat
Ekonomi Unand, bai’ah berlangsung dengan khidmat. Pengurus baru diminta untuk
mengikuti ucapan ketua umum HmI Cabang Padang, saudara Rifky, yang membacakan
kalimat bai’ah yang berisi janji serta ikrar para calon pengurus untuk
mengelola Komisariat Ekonomi Unand dengan memenuhi misi keummatan dan juga misi
kebangsaan. Para calon pengurus mengucapkan kata-kata tersebut dengan penuh
khidmat dan semangat yang terdengar dari lantangnya suara yang dikeluarkan.
Setelah
bai’ah selesai dilakukan, acara selanjutnya adalah serah terima jabatan dari
pengurus periode 2013/2014 yang diwakilioleh Nanda Sari Wahyuni selaku ketua
umum demisioner kepada Haady Kurniawan selaku Ketua Umum periode 2014/2015.
Walaupun agak gugup, Haady berhasil menunjukkan bahwa pengurus periode
2014/2015 siap untuk mengemban amanah baru yang diberikan. Setelah dibai’ah dan
serah terima jabatan, maka resmilah calon pengurus menjadi pengurus HmI Komisariat
Ekonomi Unand periode 2014/2015.
Selanjutnya
adalah kata sambutan oleh ketua umum yang baru. Haady, selaku ketua umum,
menyampaikan kata sambutan dengan semangat yang menggebu-gebu. “ Kita jangan hanya
menikmati sejarah, tapi kitalah yang harus menciptakan sejarah.”, ucap haady
pada kata sambutannya. Hal ini juga didukung oleh jargon yang dipilih oleh
ketua umum untuk menjalani roda kepengurusan, yaitu Inovatif, Kreatif, dain
Inspiratif, atau yang disingkat dengan IKI. Haady juga berharap agar jargon ini
membawa perubahan yang positif bagi kemajuan Komisariat Ekonomi kedepannya.
Seperti yang diungkapkannya pada saat pemberian kata sambutan, “Semoga dengan
adanya jargon ini, menjadi semangat bagi kita untuk selalu memberikan hal yang
inovatif dan kreatif bagi komisariat, dan Insha Allah dapat menjadi inspirasi
bagi komisariat-komisariat lain.” Insha Allah, Amin. (Tri Rezeki)
Cita-cita dan kesuksesan
Tulisan ini berisi tentang memahami Cita – cita dan kesuksesan.
Didalam kehidupan akan banyak
melalui lika liku kehidupan untuk mencapai sebuah kesuksesan. Dimana
pada saat kesuksesan tidak bisa dikatakan dengan memiliki uang yang banyak bisa
pergi kemana saja dan bisa sekolah ditempat yang diinginkan. Lalu pernahkah
anda mendengar apa yang bisa dilakukan untuk mencapai mimpi yang besar itu
dengan cita - cita? jika kita pahami lagi secara menditail, maka semacam arti
yang tersembunyi tentang cita – cita tersebut, yaitu sebuah kesuksesan sesungguhhnya berawal dari cita-cita yang
besar.
Pada saat
kita memahami arti dari cita – cita itu
merupakan sebuah perjalanan kita memahami tentang arti dari kesuksesan, didalam
diri kita akan menemukan sebuah keinginan yang besar untuk menjadi orang lebih
baik lagi , merubah masa depan, bahwa hal inilah sesungguhnya yang harus kita
pahami dari dalam diri kita, ini disebabkan banyak hal – hal yang mengagumkan
dalam diri kita yang mungkin lebih menarik lagi yang terkadang kita susah
memahaminya. Oleh karena itu, sepantasnya kita menghargai waktu serta kehidupan
kita ini untuk mencapai hal yang kita inginkan, serta menggunakan kesempatan
belajar yang didapat lebih bermakna serta menciptakan karya – karya yang akan
dinikmati orang banyak. Untuk menghargai
Kesempatan yang diberikan berarti melahirkan massa depann yang lebih baik lagi,
dengan menggunakan kesempatan untuk memberikan manfaat bagi kesejahteraan diri
sendiri, keluarga dan orang-orang di sekitar
kita.
Apa yang
harus dilakukan dalam dalam mencapai cita - cita ? Hal inilah yang harusnya
kita tanamkan dalam diri kita untuk sebuah kesuksesan. (Viky Harnova)
Indonesia dan HMI
Indonesia, dulu
nama ini begitu hebat di mata dunia. Sebuah nama yang cukup diperhitungkan
dikancah internasional. Dengan pemimpin yang mampu membuat Negara lain menjadi
segan, yang mampu membuat Indonesia mendapatkan gelar “Macan Asia” dan masih
banyak prestasi yang ditorehkan oleh setiap pemimpin Negara Indonesia sampai
saat ini. Di Asia Tenggara sendiri, Indonesia merupakan salah satu dari 5
negara yang menjadi pelopor berdirinya ASEAN. Dengan begitu banyak prestasi
yang dimiliki oleh Indonesia, kita patut bangga menjadi salah satu bagian dari
Negara yang sangat besar ini. Akan tetapi akhir-akhir ini begitu banyak masalah
yang dihadapi oleh Negara ini. Begitu banyak media yang memberitakan masalah
yang dihadapi Indonesia, bahkan melebihi pemberitaan tentang prestasi
Indonesia. Seolah-olah di Indonesia ini hanya ada masalah. Itulah Indonesia
saat ini.
Mungkin
sebelumnya kita kembali dulu ke masa waktu kita masih SD. Saat masih SD kita
dikenalkan dengan Indonesia, mulai dari letak astronomis dan letak geografis
Indonesia. Salah satu bentuk keuntungan dari letak Indonesia tersebut adalah
Indonesia terletak di jalur perdagangan dunia, sehingga Indonesia yang sudah kaya
dengan kekayaan alam akan menjadi lebih makmur lagi dengan posisi Indonesia
tersebut. Mungkin itu salah satu yang kita dapatkan sewaktu SD. Hal itu membuat
kita menjadi merasa bangga menjadi warga Negara Indonesia. Menjadi bagian dari
Negara yang sangat kaya ini. Namun semakin bertambah umur, semakin banyak yang
dapat kita mengerti tentang Negara ini. Tak hanya prestasi, masalah yang
dihadapi juga banyak. Begitulah media-media yang sekarang selalu menggaungkan
setiap masalah yang dihadapi Negara ini, mulai dari bencana alam, kemiskinan,
narkoba, hingga korupsi yang merajalela dimana-mana. Terlihat dibalik kekayaan
yang dimiliki oleh Indonesia, menyimpan berbagai macam masalah yang harus
dihadapi oleh bangsa ini.
Salah satu
masalah yang bisa dibilang tidak pernah hilang dari pemberitaan media adalah
tentang korupsi. Korupsi itu sudah seperti budaya bagi bangsa ini. Dari zaman
dulu sampai saat ini, bisa dibilang semakin meningkat “prestasi” Indonesia
dibidang ini. Tidak hanya para “wakil rakyat” yang mengurus Negara ini yang
melakukan korupsi, bahkan ketua RT pun juga ada yang melakukan korupsi. Sepertinya
korupsi sudah mendarah daging bagi bangsa ini. Sepertinya sifat manusia yang
tidak pernah puas terlalu besar dimiliki oleh
orang-orang yang berkeinginan mengurus Negara ini. Mungkin bisa dibilang
sudah stadium 4 sifat tidak pernah puasnya, sehingga mereka memanfaatkan setiap
ada celah untuk berkorupsi. Walaupun tidak semuanya yang seperti itu. Masih ada
juga pemimpin yang jujur di Negara ini, tetapi jarang tersentuh oleh media.
Beberapa waktu
belakangan ini, media disibukkan dengan berita calon Kapolri yang menjadi
tersangka rekening gendut. Di berita tersebut dijelaskan bahwa calon Kapolri
tersebut sudah ditetapkan menjadi tersangka, dan sehari setelah itu DPR
meloloskannya untuk menjadi Kapolri. Entah apa yang dipikirkan oleh para
pejabat Negara ini dalam meloloskannya. Mungkin sewaktu DPR melakukan fit and proper test terhadap calon
tersebut tidak terdapat masalah. Akan tetapi dengan pemberitaan media yang sudah
lebih dahulu mengenalkan masalah dari calon tersebut akan menimbulkan berbagai
sikap dari masyarakat. Terlebih saat DPR meloloskan padahal sedang terlibat
masalah, Negara ini terlihat seperti kekurangan stok pemimpin yang bagus.
Padahal Negara ini merupakan Negara yang besar dengan penduduk lebih dari 200
juta. Entah kenapa setiap pemimpinnya selalu memiliki masalah. Bahkan yang
sudah terjerat suatu masalah, bahkan sudah menjadi tersangka masih dipaksakan
untuk memimpin. Sebelum berita tentang calon Kapolri ini, juga ada seorang
Sekda di salah satu provinsi yang dilantik padahal juga sudah ditetapkan
menjadi tersangka. Dan juga masih banyak yang lain yang memiliki masalah yang
sama. Bahkan Bapak Gamawan Fauzi sewaktu menjadi Menteri Dalam Negeri mengatakan
lebih dari separuh dari pemimpin daerah terjerat dalam berbagai kasus, salah
satunya korupsi. Hal itu menunjukkan bahwa mental dari pemimpin Indonesia ini
masih belum memiliki mental pemimpin.
Kembali lagi ke
waktu kita SD, kita diajarkan bahwa pemimpin itu lebih mementingkan kepentingan
umum daripada kepentingan pribadi dan golongan. Saya sendiri masih ingat
kata-kata itu ada dipelajaran PPKN sewaktu SD. Tapi kalau melihat dari pemimpin
yang ada sekarang, rata-rata lebih banyak mementingkan kepentingan pribadi dan
golongannya. Mereka lebih memikirkan bagaimana mereka terus berkuasa dan
bagaimana mereka memperoleh keuntungan dari kekuasaannya. Hanya segelintir
pemimpin yang sepertinya memikirkan rakyatnya. Tidak terlihat mereka menerapkan
pelajaran dasar yang mereka dapat sewaktu SD tentang pemimpin. Entah mereka
tidak mengerti pelajaran itu, atau mereka “cabut” pada jam pelajaran itu
sehingga mereka tidak tahu. Ketidak tahuan atau ke-pura-pura tidak tahuan dari
pemimpin sekarang tentang dasar ini menyebabkan mereka menjadi pemimpin hanya
memikirkan kekuasaan tanpa memikirkan siapa dan apa yang dipimpinnya. Mereka
seperti seorang sopir angkot yang dikejar setoran. Secara kasat mata, seperti
itulah rata-rata para pemimpin yang memimpin bangsa yang besar ini.
Untuk mencapai
apa yang sudah ditanamkan sejak kita kecil, sejak masih sekolah dasar, bahwa
Indonesia adalah Negara yang kaya dan makmur, dibutuhkan seorang pemimpin yang
benar-benar memahami makna dari pemimpin tersebut. Tidak mudah untuk bisa
memimpin bangsa yang sangat besar ini. Dengan ribuan pulau dan berbagai macam
suku yang berbeda-beda, tidaklah mudah untuk menyatukan semuanya. Dibutuhkan
sosok yang mampu merangkul setiap orang dari Sabang sampai Merauke. Dibutuhkan
juga sosok yang mengerti setiap kebutuhan dari bangsa ini untuk menjadi Negara
maju. Mungkin semua yang dibutuhkan untuk menjadi sebuah Negara yang maju sudah
kita miliki. Indonesia adalah Negara yang kaya akan alamnya. Itu yang tidak
dimiliki oleh Negara lain. Akan tetapi kita masih jauh tertinggal dalam
pengelolaannya. Apabila kita mampu mengelola sendiri seluruh harta yang kita
miliki ini, bukan tak mungkin kita akan menjadi bangsa yang nomor satu di dunia
ini. Namun itu tidaklah mudah. Setiap orang di Negara ini mempunyai kepentingannya
masing-masing. Untuk menyatukan setiap kepentingan tersebut menjadi sebuah
kekuatan bersama sepertinya cukup sulit. Itulah PR dari para pemimpin di Negara
ini. Bagaimana mereka menjadi sosok yang mampu menyatukan semuanya, seperti
semboyan dari bangsa ini “Bhinneka Tunggal Ika”. Menjadi pemimpin yang
benar-benar membawa kemajuan bagi bangsa ini.
Pemimpin.
Kepemimpinan. Sebuah kata yang sering kita dengar sehari-hari. Di HMI kita juga
sudah diajarkan tentang hal ini. Sewaktu LK 1, juga terdapat sebuah materi
yaitu tentang kepemimpinan. Disana juga sudah dijelaskan semua tentang pemimpin
dan kepemimpinan. Menanggapi apa yang terjadi akhir-akhir ini pada bangsa ini,
hal tersebut juga sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai kader HMI. Dimana kita
merupakan kader umat dan kader bangsa. Bagaimana bangsa ini kedepannya adalah
tanggung jawab kita. Beberapa tahun kedepan akan ada diantara kita yang menjadi
seorang pemimpin di Indonesia ini. Sebagai kader HMI, kita harus bisa memajukan
bangsa ini. Saat kita memimpin, kita harus bisa menjadi panutan, menjadi sosok
yang bisa menyatukan bangsa ini. Pada saat LK sudah dijelaskan bahwa
kepemimpinan adalah seni mempengaruhi orang. Hal itu menjadi dasar kita untuk
menjadi pemimpin yang bisa merubah bangsa ini. Bagaimana kita memimpin setiap
orang untuk bersama-sama mengemban amanah sebagai kader bangsa. Kader bangsa
bukan hanya kita di HMI. Setiap warga Negara Indonesia adalah kader bangsa.
Tugas kita adalah bagaimana membuat mereka menyadari bahwa mereka adalah kader bagi
bangsa ini dan mau bersama-sama membangun bangsa ini menjadi lebih baik dari
saat ini. Dalam memimpin kita juga harus menyadari bahwa HMI. Kita harus
memperkuat ke-Islam-an kita agar kita tidak terjerumus menjadi pemimpin yang
tidak amanah. Islam yang kuat adalah benteng bagi diri kita dalam memimpin.
Dengan Islam yang kuat dan bangsa yang adil dan makmur, kita secara tidak
langsung mewujudkan tujuan dari HMI. Selain itu, kita juga harus mampu
melahirkan kader-kader lain yang akan meneruskan kepemimpinan kita, karna
pemimpin yang sukses bukanlah dilihat dari banyak yang dipimpinnya, tetapi dari
berapa pemimpin hebat yang mereka lahirkan setelahnya.
Sebelum amanah
tersebut kita terima, alangkah baiknya kita apabila kita terus meng-upgrade kemampuan kita. Apabila pada
masa kita nanti bangsa ini masih seperti ini, mungkin bisa dibilang kita gagal
mengemban amanah sebagai kader bangsa. Untuk itu, selagi kita masih punya
banyak waktu, alangkah baiknya diri kita terus kita isi dengan berbagai macam
pengetahuan. Kita sudah mempunyai gudangnya. Di HMI kita bisa menemukan apapun
apabila kita gigih mencari. Apabila kita mau mencari dan mau belajar, kita akan
menemukan semua yang kita butuhkan di HMI. HMI merupakan gudang ilmu,
perpustakaan kita. Kita sudah mempunyai wadah untuk mengembangkan diri kita.
Dengan berproses disini, secara tidak langsung kita sudah meng-upgrade kemampuan kita. Membesarkan dan
dibesarkan. Itulah kata-kata yang juga pertama kali saya dengar sewaktu LK. Di
HMI kita harus siap membesarkan dan dibesarkan. Kita akan dibesarkan oleh HMI
dengan kita menggali ilmu yang ada didalamnya. Saat kita besar, kita juga harus
bisa membesarkan HMI. Oleh karena itu, sebagai kader HMI, kader umat dan kader
bangsa, sudah menjadi tanggung jawab kita untuk bisa mengemban amanah tersebut.
Saat kita di bai’ah, kita sudah siap untuk memikul beban tersebut. Tongkat
estafet bangsa ini sudah ada ditangan kita. Tergantung bagaimana kita
menentukan arah bangsa ini. Apakah akan seperti ini juga, atau menjadi lebih
dari saat ini. Semuanya tergantung kita, kader umat dan kader bangsa. Yakusa. (Satrya Fitrazani)
Materi Public Speaking saat Upgrading Pengurus HMI Komisariat Ekonomi UNAND
Beberapa hari yang lalu ada kelanjutan dari upgrading Pengurus HMI Komisariat Ekonomi UNAND dengan materi 'Public Speaking’ yang disampaikan oleh Kakanda Andri Satria Masri. Ada beberapa
pelajaran yang mungkin dapat bermanfaat dan dapat kita terapkan. Biar nggak
lupa juga, makanya ditulis di sini.
Cara buat ngomong di depan umum itu ada tiga trik :
Yang pertama,
banyak-banyak membaca. Kamu cari tau buku apa yang kamu suka, nggak usah baca buku yang
terlalu berat juga. Baca buku yang menurut kamu asik, ada ilmunya. Jangan
keseringan baca komik atau novel. Karena kebanyakan itu Cuma cerita khayalan. Kenapa membaca? Coba deh pikir, kalau mau ngomong sesuatu sama orang lain,
harus ada referensi kan? Dan
itulah, agar tambah wawasan maka harus sering baca. Allah aja bilang dalam alquran, iqra’ yang artinya bacalah.
Kalau udah sering
membaca, trik yang kedua, kamu harus sering berdiskusi tentang apa aja yang
menurut kamu butuh dan perlu didiskusikan. Nggak usah yang
berat-berat jugak diskusinya. Misalnya aja kalau habis baca buku, ajak teman kamu yang suka baca
buku juga. Kalau kamu bahas 2 buku dan temen kamu pun bahas 2 buku, maka ilmu yang kamu dapat jadi 4 buku. Dan bertambah pula lah wawasan kita. Diskusi tentang isu terkini pun juga boleh. Misalnya kamu nonton
berita, kalau ngerasa ada yang janggal dan dipertanyakan, bisa juga dijadikan bahan diskusi. Kita bisa lihat satu
masalah dari berbagai sudut pandang. Agar pemikiran nggak tumpul dan bisa terbuka dengan hal yang baru.
Yang ketiga, sering-sering
menulis. Nah ini dia, ilmu yang didapat seringnya berharga waktu mendengarnya
saja. Tapi
lebih sering terlupakan. Agar tidak terlupakan, apa yang didapat bisa kamu tulis dan di share biar orang
lain juga bisa dapat ilmunya. Pahala kan ya?
Dan pesan yang bagus juga dari Bang Andri Satria Masri, “Jika ingin
bicara di depan umum, gelas harus terisi agar ada yang dapat kita tuangkan ke
gelas orang lain. Jika gelas kita sendiri kosong, maka kita juga tidak
mempunyai sesuatu yang dapat kita tuangkan ke gelas orang lain”.
Makasih buat yang udah mau baca tulisan ini. Maklum lah baru belajar nulis juga karna
terinspirasi dari Bang Andri. Mau sukses ya harus belajar. (Wahyu Lestari)
Sabtu, 10 Januari 2015
Mengucapkan SELAMAT atas hari besar agama lain, BOLEHKAH?
Mendekati akhir
tahun memang masih banyak pertanyaan yang melintas di benak saya. Sampai pada
awal tahun dengan pertanyaan yang sama, “BOLEHKAH SEORANG MUSLIM MENGUCAPKAN
SELAMAT ATAS HARI BESAR AGAMA LAIN?”
Selama ini saya
masih menggunakan insting dan pengetahuan yang didapat dari teks NDP HMI, serta
dari Alquran. Namun, memang tidak ada ayat yang menjelaskan secara pasti
mengucapkan selamat atas hari raya agama lain, seperti selamat natal dan tahun
tidak boleh atau diharamkan. Rasa penasaran dan keingintahuan mengantarkan saya
untuk melanjutkan pencarian jawaban di dunia maya. Dari berbagai sumber, saya
rangkum pembahasannya sebagai berikut :
Mengucapkan
selamat atas hari besar agama lain diharamkan. Sebagai contoh yang paling
sering kita dengar yaitu ucapan selamat natal. Menurut fatwa ulama besar Saudi
Arabia, Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin
rahimahullah, dari kumpulan risalah (tulisan) dan fatwa beliau (Majmu’ Fatawa
wa Rosail Ibnu ‘Utsaimin), 3/28-29, no. 404.
“Adapun
memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi
orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal, pen) adalah sesuatu yang
diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah
memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan,
‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat
pada hari besar mereka dan semacamnya.” Kalau memang orang yang mengucapkan hal
ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang
diharamkan.”
Berdasarkan
ijma’, mengucapkan selamat natal diharamkan, walaupun tidak berniat apa-apa dan
hanya sekedar mengucapkan selamat atas dasar toleransi ataupun saling
menghormati dalam hal beragama dalam negara Bhineka Tunggal Ika ini. Namun, itu
salah, salah besar.
Menurut
KBBI, selamat berarti terbebas/terhindar dari bahaya, doa yang mengandung
harapan supaya sejahtera (ucapan/pernyataan),
pemberian salam mudah-mudahan dalam keadaan baik. Mengucapkan selamat
natal berisi makna mendoakan atas perayaan tersebut, walaupun tidak ikut
didalamnya. Natal diambil dari bahasa latin “Dies Natalies” yang berarti hari
lahir. Dalam bahasa Inggris Christmas yang
berarti Misa Kristus, atau Christ = Kristus, Mas=Mass atau masa yang berarti
kumpulan masa untuk merayaan hari kelahiran kristus. Mengucapkan selamat natal
berarti memberi selamat atas perayaan kelahiran yesus kristus. Memberi selamat
atas sujudnya mereka kepada salib. Jika dikaji dalam teks NDP, sangat jelas
makna kalimah, Laa illa ha Illaullah, tiada tuhan selain Allah. Allah, Tuhan
pemilik kerajaan langit dan bumi, Tuhan Yang Maha Esa, tidak beranak dan tidak
pula diperanakkan. Sementara dalam perayaan natal, jelas-jelas memperingati
hari dimana Yesus yang kala itu dianggap sebagai anak Tuhan.
“Mereka
berkata : ‘Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak.’ Sesungguhnya kamu telah
mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah
karena ucapan itu, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh” (Q.S Maryam:
88-90).
Mahasuci
Allah dari apa yang mereka tuduhkan. Ini termasuk bid’ah dan mendekati syirik.
Selain itu, Majelis Ulama Indonesia terlebih dahulu
mengemukakan dasar-dasar ajaran Islam dengan disertai berbagai dalil baik dari
Al Qur’an maupun Hadits Nabi saw sebagai berikut :
a) Bahwa ummat Islam diperbolehkan untuk
bekerja sama dan bergaul dengan ummat agama-agama lain dalam masalah-masalah
yang berhubungan dengan masalah keduniaan.
b) Bahwa ummat Islam tidak boleh
mencampur-adukkan agamanya dengan aqidah dan peribadatan agama lain.
c) Bahwa ummat Islam harus mengakui
ke-Nabian dan ke-Rasulan Isa Almasih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka
kepada para Nabi dan Rasul yang lain.
d) Bahwa barangsiapa berkeyakinan bahwa
Tuhan itu lebih dari satu, Tuhan itu mempunyai anak dan Isa Almasih itu
anaknya, maka orang itu kafir dan musyrik.
e) Bahwa Allah pada hari kiamat nanti
akan menanyakan Isa, apakah dia pada waktu di dunia menyuruh kaumnya agar
mereka mengakui Isa dan Ibunya (Maryam) sebagai Tuhan. Isa menjawab: Tidak.
f) Islam mengajarkan bahwa Allah SWT itu
hanya satu.
g) Islam mengajarkan ummatnya untuk
menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat dan dari larangan Allah SWT serta
untuk mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan.
Kemudian MUI mengeluarkan fatwanya
berisi :
1.
Perayaan Natal di Indonesia meskipun
tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa as, akan tetapi Natal itu tidak
dapat dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan di atas.
2.
Mengikuti upacara Natal bersama bagi
umat Islam hukumnya haram.
3.
Agar umat Islam tidak terjerumus
kepada syubhat (menyerupai) dan larangan Allah Subhanahu Wata’ala dianjurkan
untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan perayaan Natal.
Mengucapkan Selamat Hari Natal Haram kecuali Darurat. Darurat disini
dimaksudkan pada keadaan-keadaan yang memaksa kita untuk melakukan hal tersebut
dalam keadaan terintimidasi. Misal, dalam hal pekerjaan, jika tidak mengucapkan
selamat natal akan dipecat. Pada kondisi ini, boleh mengucapkan selamat natal, dengan
niat benar-benar tidak ingin mengucapkannya seraya memohon ampunan kepada
Allah.
Dari uraian penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa mengucapkan selamat
atas hari besar agama lain diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan bersama
muslimin), kecuali pada kondisi tertentu. Dalam negara yang memiliki banyak
agama ini, tentu kita tidak lepas dari interaksi dengan non muslim. Dalam
Islam, memang diajarkan untuk toleransi dan saling menghormati serta berlaku
adil, tapi sebaiknya pilah untuk urusan aqidah. Walaupun mengucapkan selamat
natal,dsb kepada teman atau kerabat non muslim dengan tujuan untuk toleransi,
atau pun balas ucapan karena ketika idul fitri mereka juga mngucapkan selamat.
Karena memang Allah menganjurkan kita berbuat baik kepada siapa saja, baik
kepada non muslim yang notabene tidak memerangi Islam.
Dosa atau tidak? Hmmm.. saya kurang tau dan tidak pantas untuk mengukurnya,
yang jelas diharamkan sesuai ijma’. Walaupun yang mengucapkan tidak akan
terpengaruhi imannya atau bagaimana. Karena hal iman dan dosa, itu menurut saya
hablumminallah, urusan setiap orang dengan Tuhannya. Saya tidak berhak
menentukan, karena memang hanya Allah yang mengetahui segala yang tersembunyi.
Terlepas dari itu,saya hanya ingin mengutarakan rasa kekecewaan saya
melihat perkembangan umat muslim di Indonesia, khususnya yang muda. Identitas
ke-Islaman semakin memudar dan tercampur-adukan. Saya bingung dengan yang
mengaku Islam, tapi masih jarang shalat, apalagi membaca Al-qur’an. Sedih,
ketika banyak muslim yang ikut merayakan natal. Sedih ketika banyak ucapan dan
perayaan tahun baru masehi, namun tepat tanggal 3 Januari 2015 (12 Rabbi’ul
Awal 1436 H), sedikit sekali ada ucapan,doa ataupun shalawat atas kelahiran
Nabi Muhammad SAW (maulid Nabi SAW). Miris memang, tapi ya memang itulah yang
terjadi. Memang kita tidak harus menjalankan Islam yang seperti
“terarab-arabkan” di peradaban dan geografis yang berbeda ini, tapi bersikaplah
sebagaimana seorang muslim seharusnya. Menjadi seorang Muslim yang benar-benar
mengidentitaskan Islam dalam dirinya. Didalam hati, perkataan dan amal
perbuatan. (Nanda S Wahyuni)
Mau Lihat Keindahan Malam Kota Padang, di Bukit Nobita saja
(taken by : Hardianto)
Kata Bukit Nobita mungkin tak asing lagi kita dengan. Bukit
Nobita menjadi salah satu spot terbaik untuk melihat keindahan Kota Padang dari
ketinggian. Bukit Nobita berlokasi di Kelurahan Kampung Jua, Kecamatan Lubuk
Begalung, Kota Padang, Sumatera Barat. Bukit ini cukup tinggi, kira-kira lebih
dari 900 mdpl.
Bukit Nobita dapat ditempuh melalui jalan Arai Pinang.
Untuk ke Jalan Arai Pinang kita masuk melalui jalan utama Bypass kemudian masuk
ke jalan Arai Pinang hingga melewati rel kereta api. Tidak beberapa jauh dari
Rel kereta Api tersebut kita akan bertemu simpang yang terdapat plang pratik
bidan. Bila sudah melihatnya, lalu belok ke kiri dan ikuti jalan yang beraspal
hingga sampai jalan yang berbatuan dan berlubang. Tidak begitu jauh dari
simpang tersebut terdapat sebuah rumah kayu sederhana. Disinilah posko bukit
nobita tersebut. Hanya dengan membayar biaya parkir sebesar Rp.5.000,- kamu
sudah bisa menikmati keindahan kota padang di Bukit Nobita tersebut.
Untuk menuju Bukit Nobita sendiri hanya bisa diakses dengan
berjalan kaki menyusuri jalan setapak. Katanya sih Bukit Nobita mirip dengan
bukit yang ada di belakang sekolahnya nobita pada serial film doraemon. Karna
itu dinamakan bukit nobita. Untuk melihat keindahan Kota Padang pada malam hari
dengan keindahan lampu-lampunya hanya dibutuhkan waktu 15 menit. Tetapi bagi
kamu yang belum puas dan ingin mencapai puncak bukit nobita sendiri dibutuhkan
waktu sekitar 45 menit dengan berjalan kaki. Medan yang dilalui cukup terjal,
dibutuhkan fisik yang kuat untuk mendaki bukit ini. Tetapi tidah usah khawatir
karna lelah dan letih akan terbayarkan ketika melihat keindahan alam yang
sangat mempesona tersebut dan membuat takjub mata memandang.
Setelah cukup lama mendaki kita akan melihat padang ilalang
dan batu-batu besar. Batu-batu besar dapat kita gunakan untuk tempat berpijak
dan melihat pemandangan di sekeliling Bukit Nobita. Sangat dianjurkan untuk ke
Bukit Nobita ini setelah sholat maghrib karena pemandangan kota Padang pada
malam hari yang menakjubkan akan terlihat dan rugi rasanya bila telah sampai
disana tidak mengabadikan momen yang indah bersama teman-teman maupun keluarga
disini. Berikut ini adalah foto betapa indahnya pemandangan di Bukit Nobita
pada malam hari. (Rifda Utami)
Sabtu, 03 Januari 2015
Reformasi dan Korupsi Kepala Daerah di Indonesia
Sore, kamis 25 september 2014,
masyarakat indonesia di kagetkan oleh berita operasi tangkap tangan yang di
lakukan komisi pemberantasan korupsi (KPK) terhadap gubernur provinsi Riau, Annas Maamun.
Gubernur Riau ini di
tetapkan sebagai tersangka penerima suap senilai Rp
2 miliar terkait dengan proses alih fungsi 140 hektare lahan kebun sawit di
Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Ironisnya, kasus yang menimpa Annas Maamun
ini terjadi pada saat Annas Maamun baru 7 bulan menempati
jabatan gubernur riau yang lowong, karna sang gubernur sebelumnya Rusli Zainal juga di tetapkan tersangka oleh KPK terkait
dengan kasus korupsi PON XVIII, suap anggota DPRD Riau, dan penerbitan izin
usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman (IUPHHK-HT) di Kabupaten
Pelalawan, Riau. Belum selesai di situ, mantan
gubernur riau sebelum Rusli Zainal, Saleh Djasit yang menjabat pada periode
1998-2003 juga berurusan dengan KPK terkait dengan kasus korupsi mobil pemadam
kebakaran. Artinya dari periode
1998-2014, selama 16 tahun , Riau di pimpin oleh pemimpin korup. Selama 16 tahun, orang-orang nomor satu di Riau
berakhir menjadi pesakitan di KPK. Mengutip
judul pemberintaan pada sebuah media nasional terkait
kasus ini “KPK
Hattrick Tangkap Gubernur Riau”.
Prestasi untuk KPK, Tragis untuk masyarakat Riau.
Kasus korupsi yang melibatkan kepala
daerah di indonesia memang sudah sangat mengkhawatirkan, mentri dalam negri Gamawan
Fauzi, pada pernyataannya pada tanggal 23 Juli 2014, mengatakan sejak reformasi ada 330 kepala daerah yang tersangkut kasus
korupsi, atau sekitar 86,22 persen, artinya dari total 100 persen kepala
daerah, baik itu gubernur, bupati atau wali kota, hanya 13,78 persen saja yang
tidak melakukan korupsi, atau dengan bahasa gamblangnya, mayoritas kepala
daerah di Indonesia
tersangkut kasus korupsi.
Tingginya tingkat korupsi dan
prilaku korup kepala daerah ini tentu sangat mengganggu kinerja agenda
pembangunan di daerah tersebut, mengurangi pendapatan sektor publik dan
meningkatkan pendapatan belanja pemerintah dari sektor publik. Ujungnya adalah
pembangunan daerah menjadi terhambat.
Korupsi memang bukan hal baru bagi
di indonesia, sejak orde baru negri ini sudah di pimpin oleh pemimpin yang
korup, bedanya dengan sekarang adalah, jika pada orde baru korupsi mayoritas di
lakukan pimpinan di pusat, pada era reformasi ini, korupsi menyebar ke hampir
semua tingkatan pemerintahan dari pusat sampai tingkat kabupaten/kota atau
bahakan lebih jauh ke bawah lagi, hampir semuanya tersangkut kasus korupsi.
Pertanyaannya,
kenapa sampai separah ini?
Banyak pihak yang menyalahkan sistem
demokrasi di indonesia yang mahal, akibatnya ketika si kandiddat menang, maka
pada masa jabatannya, kepala daerah memanfaatkannya untuk mengembalikan modal
yang telah di keluarkan ketika masa kampanye. Seorang calon bupati bisa saja mengeluarkan dana Rp 5 miliar ketika
masa kampanye, padahal ketika menjabat, pendapatan resmi mereka lebih kurangnya
Rp 500 juta per tahun, jika di kalkulasikan selama sekali periode, atau 5 tahun, total pendapatan resmi bupati,
kurang lebihnya Rp 2,5 miliar. Kalau sesuai dengan kondisi ini, maka si calon
bupati sebenarnya masih mengalami minus Rp 2,5 miliar, walaupun dia sudah
terpilih menjadi bupati, ini tentu dengan asumsi, jikalau si bupati hanya
menerima pendapatan resminya saja
Memang tidak semua calon kepala
daerah mengeluarkan dana besar yang tidak wajar dalam setiap pemilukada, tapi
yang jelas, dengan sistem demokrasi kita dewasa ini, tentu membutuhkan biaya
besar untuk, menyentuh langsung masyarakat pada setiap lapisan.
Hal ini membuat lumrah jika ada yang
berhipotesa, kalau pada umumnya, para calon-calon pemimpin daerah akan
mengeluarkan dana yang besar dalam pencalonannya, yang jika di bandingkan
dengan pendapatan resmi mereka selama menjabat satu periode, tentu akan besar
pasak dari pada tiang.
Hal kedua yang oleh banyak pihak, di
anggap sebagai penyebab tingginya angka koropsi yang di lakukaan oleh kepala
daerah adalah otonomi daerah. Sejak reformasi, ketika indonesia merombak sistem
tatanan hubungan struktural antara pemerintah pusat dengan daerah, dari
sentralisasi menjadi desentralisasi, dimana indonesia memberlakukan UU No 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah (otda), lalu diganti dengan
yang baru, yaitu UU No 32 Tahun 2004 diubah menjadi UU No 12 Tahun 2008 tentang
Pemerintahan Daerah, kita memasuki era baru, yaitu otonomi daerah, di mana
tujuannya yaitu agar daerah mampu
mandiri dalam perekonomiaannya dan mempercepat pembangunan di daerahnya.Tapi
dewasa ini yang terjadi pada otonomi daerah di indonesia adalah, terciptanya “raja-raja
kecil” di daerah. Otonomi daerah memberi keuntungan pada pihak-pihak yang dekat
dengan pemimpin daerah, tidak heran, banyak di temukan isu para kepala daerah
yang membangun “dinasti keluarga” pada pemerintahannya, seperti kasus ratu atut
chosiyah di banten dan annas maamun di riau. Akibatnya korupsi yang di lakukan
sulit terlacak, karena rapi, terstruktur dan melibatkan banyak pihak.
Ketiga, pengawasan dan penindakan
hukum yang masih lemah. Masih segar di ingatan masyarakat indonesia, ketika
kasus Akil Mochtar
terungkap, di mana sang ketua MK ini tersangkut tindak pidana suap
terkait pengurusan sengketa Pemilu Kepala Daerah (Pilkada) di MK. Kasus akil
benar-benar menjatuhkan martabat peradilan mahkamah konstitusi. Itu baru di MK,
sudah menjadi sebuah rahasia umum jika penegakan hukum di negara ini masih
lemah dalam penegakannya, apalagi di tataran pengawasan, Profesor elfindri,
guru besar ekonomi SDM univesrsitas andalas, dalam mata kuliah anti korupsi mengatakan
“sulit mempercayai inspektorat-inspektorat yang ada di daerah, dalam menjalani
fungsi pengawasannya”. Bisa di katakan pada kondisi sekarang ini, KPK adalah
satu-satunya lembaga pengawasan yang masih di percayai sepenuhnya oleh
masyarakat dan KPK ada di pusat, tentu sedikit banyaknya, memiliki keterbatasan
akses langsung dengan daerah.
Sementara DPRD yang juga punya peran
dalam pengawasan, bisa di katakan sama mengkhawatirkannya, menurut wakil ketua
komisi pemberantasan korupsi Bambang Widjojanto,
hingga sekarang ini ada hampir 3000 kasus korupsi yang melibatkan anggota DPR
maupun DPRD. Pertanyaannya adalah, bagaimana pihak yang di awasi itu akan
hati-hati dalam melangkah, jika pihak yang mengawasi, juga melakukan korupsi?
Ke tiga hal di atas jika di
akumulasikan akan membentuk sebuah skenario, di mulai dari awal kampanye dengan
modal besar, ketika terpilih, memulai praktik korupsi, kolusi dan nepotisme,
karena akibat dari lemahnya pengawasan dan lemahnya penegakan hukum, di tambah
lagi dengan DPRD yang juga tidak sama baik kinerjanya. sehingga menimbulkan
persepsi, bahwa sangat “wajar” jika kepala daerah melakukan korupsi.
Dengan kondisi di atas, tentu sudah
sepatutnya, di lakukan perbaikan sistem demokrasi di indonesia.Pemerintah
melalui KPU harus membuat regulasi yang baku dan tegas untuk memperbaiki
kenyataan bahwa ongkos demokrasi kita yang mahal, momentum di tetapkan RUU
pilkada terbaru yang menetapkan pemilihan kepala daerah melalui DPRD bisa jadi
merupakan langkah awal yang menarik untuk di lihat kedepannya, apa pengaruhnya
terhadap tingkat korupsi kepala daerah, sama saja dengan kondisi sekarang,
menurun, atau malah semakin naik. Menarik untuk di tunggu.
Poin penting dari pemberantasan kasus korupsi kepala daerah tentu adalah perbaikan dan peningkatan kinerja para pengawas dan penegak hukum di indonesia, karena jika apa pun yang pemerintah lakukan terhadap sistem demokrasi di indonesia tetapi jika tidak di dukung oleh pengawasan dan penegakan hukum yang baik, tentu juga tidak berarti apa-apa bagi pemberantasan korupsi di indonesia. Di luar itu, tanggung jawab dalam pengawasan kinerja pemerintah, juga merupakan tanggung jawab dari masyarakat di daerah itu sendiri. Bentuk paling gampang dari masyarakat untuk mengawasi pemerintah daerahnya, bisa di mulai dengan cerdas dalam memilih baik itu memilih wakil rakyat mereka di DPRD, kenali dan pelajari siapa sosok calon pemimpin mereka, apa lagi jika ke depannya, pemilihan kepala daerah di tentukan oleh DPRD. Jika dari awal memilih DPRD saja masyarakat memilih wakil rakyat yang memainkan politik uang, tentu akan sangat rawan menghasilkan kepala daerah yang juga korup nantinya.
Artinya, sudah jelas, pada sebuah sistem demokrasi, rakyat sebagai pemilih, berhak menentukan oleh siapa dia akan di pimpin, maka tentu harus di pergunakan sebaik-baiknya. Fenomena korupsi di indonesia memang sudah tidak bisa di tolerir lagi. Sebagai sebuah negara yang sedang gencar mengejar target pertumbuhan ekonomi, korupsi benar-benar menjadi musuh utama negara ini. Perbaikan sistem demokrasi dan perbaikan hukum sudah merupakan agenda wajib yang di lakukan pemerintahan selanjutnya.(Trendy M. Iqbal)
Entahlah
Setiap jiwa yang dilahirkan telah tertanam dengan benih untuk mencapai keunggulan hidup. Tetapi benih tidak akan tumbuh seandainya tidak dibajai dengan keberanian.
Setiap orang memiliki potensi yang sama untuk sukses. Perbedaannya adalah seberapa besar motivasi mampu mengalahkan setiap hambatan.
Hidup bukan tentang mendapatkan apa yang kamu inginkan, tetapi tentang menghargai apa yang kamu miliki, dan sabar menanti yang akan menghampiri.
Kebahagiaan sering datang kepada kita dalam bentuk kesakitan, kehilangan, dan kekecewaan, tapi dengan kesabaran, kita segera akan melihat bentuk aslinya. Insya Allah.
Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya.
Kebahagiaan yang sesungguhnya baru akan tercipta ketika hati ikhlas menerima. Penuh syukur dan selalu percaya hanya kepada-Nya.
Masa lalu sudah lewat, tak akan kembali lagi, masa depan itu belum terjadi jadi kita tak tahu apa yang terjadi dan akhirnya hanya berangan berharap sesuatu, tapi di masa kinilah, kita harus menentukan dan membuat keputusan terhadap diri kita.
Hari baru, harapan baru
Kadang kala kita dilahirkan dalam keadaan fakir miskin (sengsara), karena tuhan menghendaki kita belajar bersemangat, pantang mundur dan berlatih keberanian diri.
Seorang konsultan psikologi paling jenius sekalipun tidak lebih mengerti tentang pikiran dan keinginan kita lebih daripada diri kita sendiri.
Mulailah untuk bermimpi, berencana, belajar dan bekerja untuk apa yang kamu inginkan hari ini. Potensimulah yang akan membuat ruang untuk pencapaian mimpi-mimpi yang kamu dambakan. Kesuksesanmu sendiri yang akan membawa nilai dan kesenangan bagi diri sendiri dan orang di sekitar kamu.
Sukses berawal saat kita menjaga pikiran agar tetap tertuju pada hasil yang kita inginkan, bukan pada kekurangan yang dimiliki.
Idealisme Party
Saya memang bukan sosok yang terlalu baik seperti yang lainnya, saya menggenggam pundi keegoisan dan kemanusiawian dalam diri saya. Menjadikan orang-orang yang optimis dan berambisi terhadap hal-hal baik di dunia ini sering hal nya membuat saya tersenyum kecut yang lalu saya iringi dengan memutar mata seolah jenuh mendengar idealisme semacam itu.
'Seringkali manusia menganggap bodoh orang yang baik, itulah kenapa saya menyebut jahat itu manusiawi' itu yang sering saya ucapkan. Saya tidak ayal akan tergelitik ketika asyik membaca timeline twitter saya, kemudian menemukan salah seorang teman saya dengan tweet nya yang begitu bersahaja. Selalu saja ada orang yang protes, selalu ada yang mengolok.
'apa yang kalian olok-olokkan?'
Sebagai sesama makhluk berotak, saya paham bagaimana rasanya mentertawakan. Seperti saat berada diatas, kemudian hanya saya dan beberapa orang teman saya yang tahu tentang kesalahan dari orang-orang yang kami perolok, mengetahui akibat dari kesalahannya, mengetahui kelemahan dari kata-katanya, mengetahui apa yang membuatnya seperti itu, mengetahui segala hal. Kurang lebih terasa seperti itu.
Mungkin saya juga seperti itu beberapa tahun lalu, tidak lebih. Sampai kemudian saya menyadari bahwa terkadang orang-orang yang kita tertawakan bahkan lebih tahu akan kesalahannya, mereka mengulang kesalahan tersebut untuk kemudian mendapat respon dari orang-orang sok sempurna seperti saya dahulu, lalu orang tersebut balik memperolok. Ah menyebalkan.
Seperti seorang guru yang bertanya kepada muridnya, lalu sang murid merespon dengan jawaban yang murid itu anggap benar, sang guru mengiyakan, padahal ia tahu jawaban itu tidak lebih dari lontaran dari asumsi semu anak-anak baru belajar.
Saya hidup dengan prinsip yang membetulkan anggapan bahwa setiap manusia itu pintar, setiap manusia tahu akan kesalahan yang dia lakukan, seorang pengguna narkoba tahu apa yang ia lakukan salah, seorang pendusta tahu ia sedang berbohong, seorang manusia tahu ketika ia sedang dipermainkan.
'Beberapa orang cenderung akan langsung marah ketika ia tahu ia sedang dipermainkan. Beberapa yang lain cenderung diam, hanya untuk mengetahui sejauh mana ia bisa dipermainkan'
Tidak ada orang yang tidak tahu jika ia diolok-olok. toh pada akhirnya dia hanya akan tersenyum kecut di dalam hati, menyesalkan bagaimana bisa ada orang yang sebodoh itu.
Ah bukankah manusia hidup dalam ke-sok-tahu-an?
(Ranggi Suginda)
Facebook
Twitter
Google+
Pinterest
LinkedIn
RSS