Kamis, 19 Februari 2015

Indonesia dan HMI

Posted by Unknown on 06.38 in | No comments

Indonesia, dulu nama ini begitu hebat di mata dunia. Sebuah nama yang cukup diperhitungkan dikancah internasional. Dengan pemimpin yang mampu membuat Negara lain menjadi segan, yang mampu membuat Indonesia mendapatkan gelar “Macan Asia” dan masih banyak prestasi yang ditorehkan oleh setiap pemimpin Negara Indonesia sampai saat ini. Di Asia Tenggara sendiri, Indonesia merupakan salah satu dari 5 negara yang menjadi pelopor berdirinya ASEAN. Dengan begitu banyak prestasi yang dimiliki oleh Indonesia, kita patut bangga menjadi salah satu bagian dari Negara yang sangat besar ini. Akan tetapi akhir-akhir ini begitu banyak masalah yang dihadapi oleh Negara ini. Begitu banyak media yang memberitakan masalah yang dihadapi Indonesia, bahkan melebihi pemberitaan tentang prestasi Indonesia. Seolah-olah di Indonesia ini hanya ada masalah. Itulah Indonesia saat ini.
Mungkin sebelumnya kita kembali dulu ke masa waktu kita masih SD. Saat masih SD kita dikenalkan dengan Indonesia, mulai dari letak astronomis dan letak geografis Indonesia. Salah satu bentuk keuntungan dari letak Indonesia tersebut adalah Indonesia terletak di jalur perdagangan dunia, sehingga Indonesia yang sudah kaya dengan kekayaan alam akan menjadi lebih makmur lagi dengan posisi Indonesia tersebut. Mungkin itu salah satu yang kita dapatkan sewaktu SD. Hal itu membuat kita menjadi merasa bangga menjadi warga Negara Indonesia. Menjadi bagian dari Negara yang sangat kaya ini. Namun semakin bertambah umur, semakin banyak yang dapat kita mengerti tentang Negara ini. Tak hanya prestasi, masalah yang dihadapi juga banyak. Begitulah media-media yang sekarang selalu menggaungkan setiap masalah yang dihadapi Negara ini, mulai dari bencana alam, kemiskinan, narkoba, hingga korupsi yang merajalela dimana-mana. Terlihat dibalik kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia, menyimpan berbagai macam masalah yang harus dihadapi oleh bangsa ini.
Salah satu masalah yang bisa dibilang tidak pernah hilang dari pemberitaan media adalah tentang korupsi. Korupsi itu sudah seperti budaya bagi bangsa ini. Dari zaman dulu sampai saat ini, bisa dibilang semakin meningkat “prestasi” Indonesia dibidang ini. Tidak hanya para “wakil rakyat” yang mengurus Negara ini yang melakukan korupsi, bahkan ketua RT pun juga ada yang melakukan korupsi. Sepertinya korupsi sudah mendarah daging bagi bangsa ini. Sepertinya sifat manusia yang tidak pernah puas terlalu besar dimiliki oleh  orang-orang yang berkeinginan mengurus Negara ini. Mungkin bisa dibilang sudah stadium 4 sifat tidak pernah puasnya, sehingga mereka memanfaatkan setiap ada celah untuk berkorupsi. Walaupun tidak semuanya yang seperti itu. Masih ada juga pemimpin yang jujur di Negara ini, tetapi jarang tersentuh oleh media.
Beberapa waktu belakangan ini, media disibukkan dengan berita calon Kapolri yang menjadi tersangka rekening gendut. Di berita tersebut dijelaskan bahwa calon Kapolri tersebut sudah ditetapkan menjadi tersangka, dan sehari setelah itu DPR meloloskannya untuk menjadi Kapolri. Entah apa yang dipikirkan oleh para pejabat Negara ini dalam meloloskannya. Mungkin sewaktu DPR melakukan fit and proper test terhadap calon tersebut tidak terdapat masalah. Akan tetapi dengan pemberitaan media yang sudah lebih dahulu mengenalkan masalah dari calon tersebut akan menimbulkan berbagai sikap dari masyarakat. Terlebih saat DPR meloloskan padahal sedang terlibat masalah, Negara ini terlihat seperti kekurangan stok pemimpin yang bagus. Padahal Negara ini merupakan Negara yang besar dengan penduduk lebih dari 200 juta. Entah kenapa setiap pemimpinnya selalu memiliki masalah. Bahkan yang sudah terjerat suatu masalah, bahkan sudah menjadi tersangka masih dipaksakan untuk memimpin. Sebelum berita tentang calon Kapolri ini, juga ada seorang Sekda di salah satu provinsi yang dilantik padahal juga sudah ditetapkan menjadi tersangka. Dan juga masih banyak yang lain yang memiliki masalah yang sama. Bahkan Bapak Gamawan Fauzi sewaktu menjadi Menteri Dalam Negeri mengatakan lebih dari separuh dari pemimpin daerah terjerat dalam berbagai kasus, salah satunya korupsi. Hal itu menunjukkan bahwa mental dari pemimpin Indonesia ini masih belum memiliki mental pemimpin.
Kembali lagi ke waktu kita SD, kita diajarkan bahwa pemimpin itu lebih mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi dan golongan. Saya sendiri masih ingat kata-kata itu ada dipelajaran PPKN sewaktu SD. Tapi kalau melihat dari pemimpin yang ada sekarang, rata-rata lebih banyak mementingkan kepentingan pribadi dan golongannya. Mereka lebih memikirkan bagaimana mereka terus berkuasa dan bagaimana mereka memperoleh keuntungan dari kekuasaannya. Hanya segelintir pemimpin yang sepertinya memikirkan rakyatnya. Tidak terlihat mereka menerapkan pelajaran dasar yang mereka dapat sewaktu SD tentang pemimpin. Entah mereka tidak mengerti pelajaran itu, atau mereka “cabut” pada jam pelajaran itu sehingga mereka tidak tahu. Ketidak tahuan atau ke-pura-pura tidak tahuan dari pemimpin sekarang tentang dasar ini menyebabkan mereka menjadi pemimpin hanya memikirkan kekuasaan tanpa memikirkan siapa dan apa yang dipimpinnya. Mereka seperti seorang sopir angkot yang dikejar setoran. Secara kasat mata, seperti itulah rata-rata para pemimpin yang memimpin bangsa yang besar ini.
Untuk mencapai apa yang sudah ditanamkan sejak kita kecil, sejak masih sekolah dasar, bahwa Indonesia adalah Negara yang kaya dan makmur, dibutuhkan seorang pemimpin yang benar-benar memahami makna dari pemimpin tersebut. Tidak mudah untuk bisa memimpin bangsa yang sangat besar ini. Dengan ribuan pulau dan berbagai macam suku yang berbeda-beda, tidaklah mudah untuk menyatukan semuanya. Dibutuhkan sosok yang mampu merangkul setiap orang dari Sabang sampai Merauke. Dibutuhkan juga sosok yang mengerti setiap kebutuhan dari bangsa ini untuk menjadi Negara maju. Mungkin semua yang dibutuhkan untuk menjadi sebuah Negara yang maju sudah kita miliki. Indonesia adalah Negara yang kaya akan alamnya. Itu yang tidak dimiliki oleh Negara lain. Akan tetapi kita masih jauh tertinggal dalam pengelolaannya. Apabila kita mampu mengelola sendiri seluruh harta yang kita miliki ini, bukan tak mungkin kita akan menjadi bangsa yang nomor satu di dunia ini. Namun itu tidaklah mudah. Setiap orang di Negara ini mempunyai kepentingannya masing-masing. Untuk menyatukan setiap kepentingan tersebut menjadi sebuah kekuatan bersama sepertinya cukup sulit. Itulah PR dari para pemimpin di Negara ini. Bagaimana mereka menjadi sosok yang mampu menyatukan semuanya, seperti semboyan dari bangsa ini “Bhinneka Tunggal Ika”. Menjadi pemimpin yang benar-benar membawa kemajuan bagi bangsa ini.
Pemimpin. Kepemimpinan. Sebuah kata yang sering kita dengar sehari-hari. Di HMI kita juga sudah diajarkan tentang hal ini. Sewaktu LK 1, juga terdapat sebuah materi yaitu tentang kepemimpinan. Disana juga sudah dijelaskan semua tentang pemimpin dan kepemimpinan. Menanggapi apa yang terjadi akhir-akhir ini pada bangsa ini, hal tersebut juga sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai kader HMI. Dimana kita merupakan kader umat dan kader bangsa. Bagaimana bangsa ini kedepannya adalah tanggung jawab kita. Beberapa tahun kedepan akan ada diantara kita yang menjadi seorang pemimpin di Indonesia ini. Sebagai kader HMI, kita harus bisa memajukan bangsa ini. Saat kita memimpin, kita harus bisa menjadi panutan, menjadi sosok yang bisa menyatukan bangsa ini. Pada saat LK sudah dijelaskan bahwa kepemimpinan adalah seni mempengaruhi orang. Hal itu menjadi dasar kita untuk menjadi pemimpin yang bisa merubah bangsa ini. Bagaimana kita memimpin setiap orang untuk bersama-sama mengemban amanah sebagai kader bangsa. Kader bangsa bukan hanya kita di HMI. Setiap warga Negara Indonesia adalah kader bangsa. Tugas kita adalah bagaimana membuat mereka menyadari bahwa mereka adalah kader bagi bangsa ini dan mau bersama-sama membangun bangsa ini menjadi lebih baik dari saat ini. Dalam memimpin kita juga harus menyadari bahwa HMI. Kita harus memperkuat ke-Islam-an kita agar kita tidak terjerumus menjadi pemimpin yang tidak amanah. Islam yang kuat adalah benteng bagi diri kita dalam memimpin. Dengan Islam yang kuat dan bangsa yang adil dan makmur, kita secara tidak langsung mewujudkan tujuan dari HMI. Selain itu, kita juga harus mampu melahirkan kader-kader lain yang akan meneruskan kepemimpinan kita, karna pemimpin yang sukses bukanlah dilihat dari banyak yang dipimpinnya, tetapi dari berapa pemimpin hebat yang mereka lahirkan setelahnya.

Sebelum amanah tersebut kita terima, alangkah baiknya kita apabila kita terus meng-upgrade kemampuan kita. Apabila pada masa kita nanti bangsa ini masih seperti ini, mungkin bisa dibilang kita gagal mengemban amanah sebagai kader bangsa. Untuk itu, selagi kita masih punya banyak waktu, alangkah baiknya diri kita terus kita isi dengan berbagai macam pengetahuan. Kita sudah mempunyai gudangnya. Di HMI kita bisa menemukan apapun apabila kita gigih mencari. Apabila kita mau mencari dan mau belajar, kita akan menemukan semua yang kita butuhkan di HMI. HMI merupakan gudang ilmu, perpustakaan kita. Kita sudah mempunyai wadah untuk mengembangkan diri kita. Dengan berproses disini, secara tidak langsung kita sudah meng-upgrade kemampuan kita. Membesarkan dan dibesarkan. Itulah kata-kata yang juga pertama kali saya dengar sewaktu LK. Di HMI kita harus siap membesarkan dan dibesarkan. Kita akan dibesarkan oleh HMI dengan kita menggali ilmu yang ada didalamnya. Saat kita besar, kita juga harus bisa membesarkan HMI. Oleh karena itu, sebagai kader HMI, kader umat dan kader bangsa, sudah menjadi tanggung jawab kita untuk bisa mengemban amanah tersebut. Saat kita di bai’ah, kita sudah siap untuk memikul beban tersebut. Tongkat estafet bangsa ini sudah ada ditangan kita. Tergantung bagaimana kita menentukan arah bangsa ini. Apakah akan seperti ini juga, atau menjadi lebih dari saat ini. Semuanya tergantung kita, kader umat dan kader bangsa. Yakusa. (Satrya Fitrazani)

0 komentar:

Posting Komentar