Posted by Unknown on 06.38 in Dari Komisariat | No comments
Indonesia, dulu
nama ini begitu hebat di mata dunia. Sebuah nama yang cukup diperhitungkan
dikancah internasional. Dengan pemimpin yang mampu membuat Negara lain menjadi
segan, yang mampu membuat Indonesia mendapatkan gelar “Macan Asia” dan masih
banyak prestasi yang ditorehkan oleh setiap pemimpin Negara Indonesia sampai
saat ini. Di Asia Tenggara sendiri, Indonesia merupakan salah satu dari 5
negara yang menjadi pelopor berdirinya ASEAN. Dengan begitu banyak prestasi
yang dimiliki oleh Indonesia, kita patut bangga menjadi salah satu bagian dari
Negara yang sangat besar ini. Akan tetapi akhir-akhir ini begitu banyak masalah
yang dihadapi oleh Negara ini. Begitu banyak media yang memberitakan masalah
yang dihadapi Indonesia, bahkan melebihi pemberitaan tentang prestasi
Indonesia. Seolah-olah di Indonesia ini hanya ada masalah. Itulah Indonesia
saat ini.
Mungkin
sebelumnya kita kembali dulu ke masa waktu kita masih SD. Saat masih SD kita
dikenalkan dengan Indonesia, mulai dari letak astronomis dan letak geografis
Indonesia. Salah satu bentuk keuntungan dari letak Indonesia tersebut adalah
Indonesia terletak di jalur perdagangan dunia, sehingga Indonesia yang sudah kaya
dengan kekayaan alam akan menjadi lebih makmur lagi dengan posisi Indonesia
tersebut. Mungkin itu salah satu yang kita dapatkan sewaktu SD. Hal itu membuat
kita menjadi merasa bangga menjadi warga Negara Indonesia. Menjadi bagian dari
Negara yang sangat kaya ini. Namun semakin bertambah umur, semakin banyak yang
dapat kita mengerti tentang Negara ini. Tak hanya prestasi, masalah yang
dihadapi juga banyak. Begitulah media-media yang sekarang selalu menggaungkan
setiap masalah yang dihadapi Negara ini, mulai dari bencana alam, kemiskinan,
narkoba, hingga korupsi yang merajalela dimana-mana. Terlihat dibalik kekayaan
yang dimiliki oleh Indonesia, menyimpan berbagai macam masalah yang harus
dihadapi oleh bangsa ini.
Salah satu
masalah yang bisa dibilang tidak pernah hilang dari pemberitaan media adalah
tentang korupsi. Korupsi itu sudah seperti budaya bagi bangsa ini. Dari zaman
dulu sampai saat ini, bisa dibilang semakin meningkat “prestasi” Indonesia
dibidang ini. Tidak hanya para “wakil rakyat” yang mengurus Negara ini yang
melakukan korupsi, bahkan ketua RT pun juga ada yang melakukan korupsi. Sepertinya
korupsi sudah mendarah daging bagi bangsa ini. Sepertinya sifat manusia yang
tidak pernah puas terlalu besar dimiliki oleh
orang-orang yang berkeinginan mengurus Negara ini. Mungkin bisa dibilang
sudah stadium 4 sifat tidak pernah puasnya, sehingga mereka memanfaatkan setiap
ada celah untuk berkorupsi. Walaupun tidak semuanya yang seperti itu. Masih ada
juga pemimpin yang jujur di Negara ini, tetapi jarang tersentuh oleh media.
Beberapa waktu
belakangan ini, media disibukkan dengan berita calon Kapolri yang menjadi
tersangka rekening gendut. Di berita tersebut dijelaskan bahwa calon Kapolri
tersebut sudah ditetapkan menjadi tersangka, dan sehari setelah itu DPR
meloloskannya untuk menjadi Kapolri. Entah apa yang dipikirkan oleh para
pejabat Negara ini dalam meloloskannya. Mungkin sewaktu DPR melakukan fit and proper test terhadap calon
tersebut tidak terdapat masalah. Akan tetapi dengan pemberitaan media yang sudah
lebih dahulu mengenalkan masalah dari calon tersebut akan menimbulkan berbagai
sikap dari masyarakat. Terlebih saat DPR meloloskan padahal sedang terlibat
masalah, Negara ini terlihat seperti kekurangan stok pemimpin yang bagus.
Padahal Negara ini merupakan Negara yang besar dengan penduduk lebih dari 200
juta. Entah kenapa setiap pemimpinnya selalu memiliki masalah. Bahkan yang
sudah terjerat suatu masalah, bahkan sudah menjadi tersangka masih dipaksakan
untuk memimpin. Sebelum berita tentang calon Kapolri ini, juga ada seorang
Sekda di salah satu provinsi yang dilantik padahal juga sudah ditetapkan
menjadi tersangka. Dan juga masih banyak yang lain yang memiliki masalah yang
sama. Bahkan Bapak Gamawan Fauzi sewaktu menjadi Menteri Dalam Negeri mengatakan
lebih dari separuh dari pemimpin daerah terjerat dalam berbagai kasus, salah
satunya korupsi. Hal itu menunjukkan bahwa mental dari pemimpin Indonesia ini
masih belum memiliki mental pemimpin.
Kembali lagi ke
waktu kita SD, kita diajarkan bahwa pemimpin itu lebih mementingkan kepentingan
umum daripada kepentingan pribadi dan golongan. Saya sendiri masih ingat
kata-kata itu ada dipelajaran PPKN sewaktu SD. Tapi kalau melihat dari pemimpin
yang ada sekarang, rata-rata lebih banyak mementingkan kepentingan pribadi dan
golongannya. Mereka lebih memikirkan bagaimana mereka terus berkuasa dan
bagaimana mereka memperoleh keuntungan dari kekuasaannya. Hanya segelintir
pemimpin yang sepertinya memikirkan rakyatnya. Tidak terlihat mereka menerapkan
pelajaran dasar yang mereka dapat sewaktu SD tentang pemimpin. Entah mereka
tidak mengerti pelajaran itu, atau mereka “cabut” pada jam pelajaran itu
sehingga mereka tidak tahu. Ketidak tahuan atau ke-pura-pura tidak tahuan dari
pemimpin sekarang tentang dasar ini menyebabkan mereka menjadi pemimpin hanya
memikirkan kekuasaan tanpa memikirkan siapa dan apa yang dipimpinnya. Mereka
seperti seorang sopir angkot yang dikejar setoran. Secara kasat mata, seperti
itulah rata-rata para pemimpin yang memimpin bangsa yang besar ini.
Untuk mencapai
apa yang sudah ditanamkan sejak kita kecil, sejak masih sekolah dasar, bahwa
Indonesia adalah Negara yang kaya dan makmur, dibutuhkan seorang pemimpin yang
benar-benar memahami makna dari pemimpin tersebut. Tidak mudah untuk bisa
memimpin bangsa yang sangat besar ini. Dengan ribuan pulau dan berbagai macam
suku yang berbeda-beda, tidaklah mudah untuk menyatukan semuanya. Dibutuhkan
sosok yang mampu merangkul setiap orang dari Sabang sampai Merauke. Dibutuhkan
juga sosok yang mengerti setiap kebutuhan dari bangsa ini untuk menjadi Negara
maju. Mungkin semua yang dibutuhkan untuk menjadi sebuah Negara yang maju sudah
kita miliki. Indonesia adalah Negara yang kaya akan alamnya. Itu yang tidak
dimiliki oleh Negara lain. Akan tetapi kita masih jauh tertinggal dalam
pengelolaannya. Apabila kita mampu mengelola sendiri seluruh harta yang kita
miliki ini, bukan tak mungkin kita akan menjadi bangsa yang nomor satu di dunia
ini. Namun itu tidaklah mudah. Setiap orang di Negara ini mempunyai kepentingannya
masing-masing. Untuk menyatukan setiap kepentingan tersebut menjadi sebuah
kekuatan bersama sepertinya cukup sulit. Itulah PR dari para pemimpin di Negara
ini. Bagaimana mereka menjadi sosok yang mampu menyatukan semuanya, seperti
semboyan dari bangsa ini “Bhinneka Tunggal Ika”. Menjadi pemimpin yang
benar-benar membawa kemajuan bagi bangsa ini.
Pemimpin.
Kepemimpinan. Sebuah kata yang sering kita dengar sehari-hari. Di HMI kita juga
sudah diajarkan tentang hal ini. Sewaktu LK 1, juga terdapat sebuah materi
yaitu tentang kepemimpinan. Disana juga sudah dijelaskan semua tentang pemimpin
dan kepemimpinan. Menanggapi apa yang terjadi akhir-akhir ini pada bangsa ini,
hal tersebut juga sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai kader HMI. Dimana kita
merupakan kader umat dan kader bangsa. Bagaimana bangsa ini kedepannya adalah
tanggung jawab kita. Beberapa tahun kedepan akan ada diantara kita yang menjadi
seorang pemimpin di Indonesia ini. Sebagai kader HMI, kita harus bisa memajukan
bangsa ini. Saat kita memimpin, kita harus bisa menjadi panutan, menjadi sosok
yang bisa menyatukan bangsa ini. Pada saat LK sudah dijelaskan bahwa
kepemimpinan adalah seni mempengaruhi orang. Hal itu menjadi dasar kita untuk
menjadi pemimpin yang bisa merubah bangsa ini. Bagaimana kita memimpin setiap
orang untuk bersama-sama mengemban amanah sebagai kader bangsa. Kader bangsa
bukan hanya kita di HMI. Setiap warga Negara Indonesia adalah kader bangsa.
Tugas kita adalah bagaimana membuat mereka menyadari bahwa mereka adalah kader bagi
bangsa ini dan mau bersama-sama membangun bangsa ini menjadi lebih baik dari
saat ini. Dalam memimpin kita juga harus menyadari bahwa HMI. Kita harus
memperkuat ke-Islam-an kita agar kita tidak terjerumus menjadi pemimpin yang
tidak amanah. Islam yang kuat adalah benteng bagi diri kita dalam memimpin.
Dengan Islam yang kuat dan bangsa yang adil dan makmur, kita secara tidak
langsung mewujudkan tujuan dari HMI. Selain itu, kita juga harus mampu
melahirkan kader-kader lain yang akan meneruskan kepemimpinan kita, karna
pemimpin yang sukses bukanlah dilihat dari banyak yang dipimpinnya, tetapi dari
berapa pemimpin hebat yang mereka lahirkan setelahnya.
Sebelum amanah
tersebut kita terima, alangkah baiknya kita apabila kita terus meng-upgrade kemampuan kita. Apabila pada
masa kita nanti bangsa ini masih seperti ini, mungkin bisa dibilang kita gagal
mengemban amanah sebagai kader bangsa. Untuk itu, selagi kita masih punya
banyak waktu, alangkah baiknya diri kita terus kita isi dengan berbagai macam
pengetahuan. Kita sudah mempunyai gudangnya. Di HMI kita bisa menemukan apapun
apabila kita gigih mencari. Apabila kita mau mencari dan mau belajar, kita akan
menemukan semua yang kita butuhkan di HMI. HMI merupakan gudang ilmu,
perpustakaan kita. Kita sudah mempunyai wadah untuk mengembangkan diri kita.
Dengan berproses disini, secara tidak langsung kita sudah meng-upgrade kemampuan kita. Membesarkan dan
dibesarkan. Itulah kata-kata yang juga pertama kali saya dengar sewaktu LK. Di
HMI kita harus siap membesarkan dan dibesarkan. Kita akan dibesarkan oleh HMI
dengan kita menggali ilmu yang ada didalamnya. Saat kita besar, kita juga harus
bisa membesarkan HMI. Oleh karena itu, sebagai kader HMI, kader umat dan kader
bangsa, sudah menjadi tanggung jawab kita untuk bisa mengemban amanah tersebut.
Saat kita di bai’ah, kita sudah siap untuk memikul beban tersebut. Tongkat
estafet bangsa ini sudah ada ditangan kita. Tergantung bagaimana kita
menentukan arah bangsa ini. Apakah akan seperti ini juga, atau menjadi lebih
dari saat ini. Semuanya tergantung kita, kader umat dan kader bangsa. Yakusa. (Satrya Fitrazani)
0 komentar:
Posting Komentar