Sabtu, 27 Desember 2014

Bagaimanapun Keadaanmu


Coba perhatikan dan renungkanlah apapun yang ada disekitarmu!!!
Bukankah nikmat yang diberikan Tuhan kepadamu lebih baik dibandingkan orang-orang disekitarmu mulai dari ujung rambut hingga kebawah kedua telapak kakimu. Kamu memiliki fisik yang lengkap, kesehatan yang baik, pangan, udara, dan air yang semuanya dapat kamu nikmati dalam hidupmu. Namun, kamu masih saja tidak bersyukur atas semua itu.


Coba lihat disekelilingmu!!!
Bukankah disekitarmu masih banyak fakir miskin yang tinggal digubuk-gubuk kardus dan kesulitan hanya untuk mendapatkan sepotong roti?
Bukankah di rumah-rumah sakit masih terdapat sekian ranjang putih yang diatasnya terbaring ribuan manusia yang menderita penyakit kronis atau cacat bertahun-tahun?
Bukankah di balik jeruji besi masih terdapat ribuan manusia yang tidak dapat menikmati alam bebas ini?
Bukankah dijalanan sana masih terdapat anak dibawah umur yang seharusnya menikmati bangku sekolahan tapi justru bekerja untuk menyambung hidup?
Bukankah di rumah sakit jiwa masih terdapat manusia yang kehilangan akal sehat dan kesadaran, lantas menjadi gila?
Bukankah di daerah lain masih terdapat manusia yang menangis akibat musibah yang menghampirinya?


Lalu, coba perhatikan dirimu!!!
Kamu memiliki dua mata yang dengannya kamu dapat melihat. Dua telinga yang dengannya kamu dapat mendengar. Dua tangan yang dengannya kamu dapat menggenggam. Dua kaki yang dengannya kamu dapat melangkah. Satu bibir yang dengannya kamu dapat berucap. Satu hati yang dengannya kamu dapat merasakan. Otak yang dengannya kamu dapat berpikir dan terhindar dari kegilaan. Adakah kamu ingin menukarnya dengan yang lain?
Kamu masih dalam keadaan sehat, sejahtera, aman, tentram, damai, dan segala bentuk kenikmatan tiada tara, tetapi kamu tidak menyadarinya. Kamu tetap merasa resah, suntuk, gelisah, dan sedih meskipun kamu mempunyai nasi hangat untuk disantap, air segar untuk diteguk, waktu yang tenang untuk tidur pulas, dan kesehatan untuk terus berbuat.

Kamu acapkali memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga Kamu acapkali lupa mensyukuri yang sudah ada. Jiwa Kamu mudah terguncang hanya karena kerugian materi duniawi yang mendera. Padahal sesungguhnya, Kamu memegang kunci kebahagiaan. (Mona Hayatri)


Maka pikirkan semua itu!!! Bagaimanapun kamu lebih baik dibanding yang lain. 

Cinta dan kehidupan



Plato bertanya akan cinta dan kehidupan.
Suatu hari, Plato bertanya pada gurunya, “Apa itu cinta? Bagaimana saya menemukannya? Gurunya menjawab, “Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta” .
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama dia kembali dengan tangan kosong tanpa membawa apapun.
Gurunya bertanya, “Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?” Plato menjawab, “Aku hanya boleh membawa satu saja,dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)”. Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwa ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya”

Gurunya kemudian menjawab ” Jadi ya itulah cinta”



Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya,”Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?”
Gurunya pun menjawab “Ada hutan yang subur didepan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan”
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.
Gurunya bertanya, “Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?” Plato pun menjawab, “sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya”
Gurunya pun kemudian menjawab, “Dan ya itulah perkawinan”
Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan… tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya.
Pernikahan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kita mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kita dapatkan, maka sia2lah waktumu dalam mendapatkan pernikahan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.

Entahlah…
(Fahrul Rozi Kholis)

Surganya Pulau Tropis Laut Padang


Liburan sudah tiba, menikmati liburan di pulau sambil menikmati keindahan alam tidak ada salahnya. Bagi kamu yang hobi diving, snorkeling, dan camping pulau-pulau yang ada di laut padang bisa jadi pilihan buat menyalurkan hobi kamu. Pulau-pulau yang ada di sekitar Laut Padang diantaranya yaitu pulau pasumpahan, sikuai, pagang, pamutusan, ular, sirandah, dan beberapa pulau lainnya yang bisa jadi pilihan untuk menghabiskan waktu bersama orang-orang yang kamu sayangi, baik itu keluarga maupun teman-teman.
Sekarang sudah ada berbagai jasa tour yang menawarkan paket perjalanan pulau-pulau yang ada di Laut Padang tersebut. Mulai dari perjalanan menetap di satu pulau dan perjalanan dari satu pulau ke pulau lainnya dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan seperti makanan, minuman, peralatan buat diving, snorkeling, dan camping. Pulau pasumpahan menjadi salah satu pilihan buat yang hobi camping karena didukung oleh pohon-pohon yang masih rindang dan dapat melindungi kamu dari sinar matahari langsung.
Pulau Pasumpahan terdapat di perairan Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang, Sumatera Barat. Untuk menuju ke Pulau Pasumpahan tersebut dibutuhkan kira-kira 1 jam perjalanan dari Kota Padang. Selain cocok buat camping, di pulau Pasumpahan kamu juga dapat menikmati keindahan alam lainnya melalui snorkeling. Snorkeling merupakan kegiatan berenang atau menyelam atau bisa disebut dengan selam dangkal (skin diving). Dengan hamparan pasir putih, air laut yang bening dan pantai yang cukup landai sangat mendukung sekali untuk kamu melakukan snorkeling, karena dengan jarak yang cukup dekat kamu bisa menikmati keindahan panorama bawah laut dengan berbagai macam flora dan fauna bawah laut yang bisa kamu lihat.
Tidak jauh dari Pulau Pasumpahan kamu akan melihat Pulau Sikuai. Letak Pulau sikuai sekitar 200 meter dari pulau Pasumpahan. Keindahan pulau sikuia masih terkenal hingga sekarang meski beberapa saat yang lalu sempat tidak ada yang mengelolanya dan teracuhkan. Pulau Sikuai dan pulau pagang juga bisa jadi pilihan buat kamu melakukan snorkeling melihat ikan yang berwarna-warni, bintang laut, kepiting, dan terumbu karangnya yang masih terjaga keindahannya.
Selain pulau Pasumpahan, Sikuai, dan Pagang ada satu lagi pulau yang unik dengan ciri khasnya yang berbeda yaitu Pulau Pamutusan. Pulau Pamutusan terletak di sebelah pulau pagang. Pulau ini merupakan perbatasan antara Laut Padang dan Laut pesisir/painan. Pulau Pamutusan ini sebenarnya masih menempel pada pulau sumatera tapi ketika air pasang, akan terbentuk pulau dan hamparan pantai putih yang membelah antara laut Padang dan painan. Mungkin karna ini pulau tersebut dinamakan pulau Pamutusan.
Pulau pamutusan terdapat sebuah bukit. Dengan melakukan hiking lebih kurang 10 menit kamu bisa menikmati pemadangan alam dari atas bukti tersebut. Kamu bisa melihat pulau-pulau kecil yang terdapat di tengah-tengah lautan. Maha Besar Allah SWT dengan ciptaan-Nya. Sekian dulu tulisan dari saya, mudah-mudahan bisa jadi rekomendasi buat yang belum tau mau liburan kemana. Oiya, kalau ada niat mau ke pulau-pulau tersebut jangan lupa mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan disana ya. Dan yang camping pada malam hari tidak ada salahnya jalan-jalan di tepi pantai, siapa tau nanti ketemu kunang-kunang laut. Oke?! Have a nice holiday guys :) (Rifda Utami)




Hidup yang bermakna

Hidup jangan hanya untuk diri sendiri. Pernahkah Anda mendengar kata-kata tersebut? Jika kita cermati lebih dalam, maka ada makna tersembunyi yang jauh lebih luas dari kata-kata tersebut, yakni Hidup sesungguhnya bukan kehendak kita, melainkan kehendak Allah Tuhan Yang Maha Memiliki Kehidupan. HIDUP bukanlah semata-mata untuk diri kita sendiri, tetapi HIDUP untuk memberikan manfaat bagi orang lain dan kehidupan alam semesta ini.
Jika kita melakukan sebuah perjalanan ke dalam diri kita sendiri "inner journey", maka kita akan menemukan bahwa sesungguhnya diri kita ini sangat mengagumkan, dan hidup kita ini sangat mengagumkan. Maka sepantasnya jika kemudian kita menghargai kehidupan kita ini, serta menggunakan hidup ini untuk lebih bermakna. Menghargai HIDUP berarti menjalani hidup ini penuh makna, menggunakan hidup ini untuk memberikan manfaat bagi kesejahteraan diri sendiri, keluarga dan orang-orang di sekitar kita.         
Bagaimana menggunakan hidup kita agar menjadi lebih bermakna ? Bagaimana menghargai hidup yang sudah diberikan oleh Tuhan Yang Memiliki Kehidupan ? Apa yang harus dilakukan dalam hidup agar menjadi lebih bermakna ? Tentu banyak sekali jawaban-jawaban yang bisa dituliskan dalam menghargai hidup ini. Banyak sekali cara-cara dalam menggunakan hidup menjadi lebih bermakna. (Fahrul Rozi Kholis)



Jumat, 26 Desember 2014

Fenomena Rokok di Indonesia

WATCH THIS OUT!!!!!




Selamat malam, ada video mengenai fenomena rokok di Indonesia. Bagaimana pendapatmu? Please kindly leave a comment ;)

Kamis, 25 Desember 2014

Tulisan di Lembar Baru (Haady Kurniawan)

Assalammualaikum wr.wb,
pertama saya mengucapkan puji besarta syukur atas kesempatan hidup yang telah di berikan oleh Allah SWT, sehingga saya dapat merasakan bagaimana hangat nya sinaran matahari dan indahnya sinar rembulan, serta dengan senantiasa selalu mengirimkan shalawat beserta salam kepada junjungan  seluruh umat Islam, baginda Rasul Muhammad SAW, yang telah memberikan pencerahan di dunia yang penuh dengan berbagai macam kebodohan.
Pada hari Sabtu, 13 Desember 2014, HMI Komisariat Ekonomi UNAND resmi dikelola oleh pengurus periode 2014/2015, yang di amanah kan kepada saya dan teman-teman untuk bisa di kelola sesuai dengan AD/ART , pedoman pokok, serta pedoman Himpunan mahasiswa Islam lainnya. Sebuah tanggung jawab besar, yang harus kami emban satu tahun  ke depan.
Buku yang lama sudah di tutup, sekarang telah tersedia buku baru dengan lembaran-lembaran yang masih bersih. Apakah buku itu hanya sekedar untuk pajangan dan kita akan meminjam buku yang lama itu kembali?. Tentu saja tidak, kita pasti ingin mengisi lembaran-lembaran itu dengan tulisan-tulisan indah yang akan menjadi nostalgia bersama. Ini merupakan awal bagi kami untuk menciptakan sejarah kami sendiri, karena kami tidak ingin terlarut dalam sejarah yang telah di torehkan oleh pendahulu kami.
Untuk kondisi HMI pada saat ini terutama Komisariat Ekonomi Unand, ada masalah yang cukup beresiko jika dibiarkan berlarut-larut yaitu semakin menipisnya rasa ber-HMI dari kader-kader komisariat ekonomi, tanpa terkecuali saya sendiri. Hal ini menyebabkan, semakin kurangnya kader-kader yang ingin berproses di HMI, yang dengan senang hati mengorbankan waktumya untuk HMI. Melihat hal tersebut, kepengurusan kali ini memiliki visi Meningkatkan dan Mengembangkan Nilai HMI di Komisariat Ekonomi”, hal ini dimaksudkan agar kader komisariat ekonomi memahami nilai-nilai HMI, sehingga mereka akan sadar pentingnya berproses di HMI.
Misi dari kepengurusan kali ini adalah Meningkatkan Nilai-Nilai Intelektual dan Eksistensi Komisariat Ekonomi”, sehingga kader komisariat ekonomi sadar dengan fungsinya sebagai mahasiswa dan dapat tampil beda dari mahasiswa lainnya. Jargon kami adalah Inovatif, Kreatif, dan Inspiratif. Maksud dari jargon ini adalah bagaimana komisariat kali ini bisa menciptakan kegiatan yang penuh dengan inovasi dan kreativitas, sehingga bisa menjadi inspirasi untuk organisasi di luar komisariat. Bukan hanya kegiatan, tapi juga kader-kader HMI yang menjadi inspirasi untuk orang lain, sehingga teman-teman yang belum tergabung dengan HMI dapat termotivasi untuk ikut berproses di HMI.
Harapan saya kali ini, kami pengurus dapat menciptakan sejarah sendiri, serta dapat membesarkan nama komisariat ekonomi kembali. Kami juga berharap kepada abang-abang, kakak-kakak, teman-teman, dan adik-adik dapat memberikan dukungan untuk kepengurusan kali ini, sehingga kita bisa bersama-sama membangun komisariat untuk menjadi lebih baik. Seperti yang sering kita sebut dengan Dibesarkan dan Membesarkan”.
Sekian tulisan pertama dari saya, mohon bimbingan dari kakanda untuk mewujudkan komisariat yang Inovatif, Kreativ, dan Inspiratif. Salam IKI.
Wasalam

(Haady Kurniawan, Ketum Komisariat Ekonomi periode 2014/2015)  


Susunan Kepengurusan HMI Komisariat Ekonomi UNAND 2014/2015

SUSUNAN PENGURUS HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
KOMISARIAT EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS
PERIODE 2014/2015

KETUA UMUM
KETUA BIDANG PA
KETUA BIDANG PTKP
KETUA BIDANG KPP
KETUA BIDANG PP

: HAADY KURNIAWAN
: IZA ANDIKA
: SATRYA FITRAZANI
: TRI REZEKI R. HARAHAP
: LIZA FAUZIAH INDRA
SEKRETARIS UMUM
WASEKUM BIDANG PA
WASEKUM BIDANG PTKP
WASEKUM BIDANG KPP
WASEKUM BIDANG PP

: VIKY HARNOVA
: FAHRUL ROZI KHOLIS
: ARGO WAHYU SANTOSO  
: ORIENA ZUHRAYOSHI HELMI
: PUTRI KURNIA IGATAMA
BENDAHARA UMUM
WABENDUM

: DEBY YOLANDA
: WAHYU LESTARI
BIDANG PA
: HERU NUGRAHA MAULANA MANDELLY
  RANDA PERDANA
  FIQRI ISLAMI SIDDIQ
  ROBY AGUSTIO
  MUHAMMAD RIZKY
  SANIA APRIHELDA
BIDANG PTKP
 : ITMARDI LISMANA
   AFIFUL IKHWAN
   AGUNG PRATAMA
   ARKAN NAUFAL
   OGI RIZKIA PUTRA
   DIMOS YORI
   LINGGA ARZA
   RINALDO SURYA DINATA
BIDANG KPP
: TRENDY M. IQBAL
  RANGGI SUGINDA
  RYAN MARDE YUZA
  M. TAUFIQURRAHMAN
  IKHSAN SYAFRINO
  YOGI PRANATA
  WAHYU YUSMIR
BIDANG PP
: MUTIA ARINDRA
  RIFDA UTAMI
  DINI LATIFA
  VANNY MEYLIN PERMATA SARI
  YULIA FITRI ARISKA

Jumat, 30 Mei 2014

Entah Apa Judulnya, Mungkin Pengobat Rindu


            Pagi buta, menjelang subuh tepatnya, saya terbangun dari tidur. Entah mengapa tiba-tiba tertawa-tawa sendiri mengingat kejadian lucu yang saya alami di sekre komisariat ekonomi sore tadi. Saya juga heran, baru bangun tidur langsung teringat dengan sekre, mungkin tadi saya mimpi tentang sekre tapi saya sudah lupa. Atau mungkin kerinduan untuk kembali ke sekre yang membuat saya begitu.
            Ya, kerinduan. Sekre komisariat ekonomi adalah salah satu tempat yang paling saya rindukan untuk selalu dikunjungi setiap hari. Ada yang kurang rasanya kalau pulang kuliah setiap harinya tidak mampir ke sekre. Mungkin ini tidak hanya saya yang merasakan, tapi anggota komisariat yang lain juga, terutama para kakanda alumni yang sudah tidak bisa lagi sering-sering berkunjung ke sekre karena harus ada fase hidup lain yang harus dijalani, atau kalau bahasa kerennya ‘naik kelas’.
            Mungkin itu sebabnya saya langsung berpikiran untuk membuka laptop, berpikir sejenak, dan menulis tulisan ini. Saya ingin ‘mengupas’ keadaan sekre yang membuat saya rindu setiap harinya untuk selalu bermain ke sekre. Saya juga ingin berbagi kerinduan itu kepada kakanda alumni atau anggota komisariat yang dengan segala macam kesibukannya sudah tidak bisa sering-sering bermain ke sekre lagi.
             Oke, langsung saja kita mulai. Sekre komisariat ekonomi ini merupakan sebuah rumah 2 lantai dengan 5 kamar, masih berada di pasar ambacang, berdekatan dengan yang dulunya kantor camat kuranji, yang sekarang sudah berubah menjadi kantor pemadam kebakaran, dan bersebelahan dengan kadai nasi ampera yang rasa sambalnya enak, murah dan saya sering makan disana. Begitu tiba di sekre, yang akan kita lihat adalah halaman sekre yang tidak begitu luas yang dijadikan tempat parkir kendaraan orang-orang yang datang ke sekre. Kadang, ada atau tidaknya kendaraan yang parkir di sekre menjadi penanda buat saya untuk melihat ada atau tidaknya orang di sekre, kalau tidak ada yang parkir, biasanya saya langsung pulang ke kos K.
            Masuk ke dalam, perpusatakaan mini yang akan pertama kali kita lihat (selain kamar bang caul dan motor penghuni sekre). Banyak buku-buku dari berbagai ilmu yang bisa ditemui disini. Selain itu ada juga kumpulan skripsi alumni komisariat dan berbagai kamus terjemahan bahasa indonesia ke berbagai bahasa. Bahkan saya juga baru tau kalau ada kamus terjemahan bahasa Indonesia ke bahasa Belanda disini. Tapi, ada satu statment lucu dari anggota komisariat yang baru lahir dari LK komisariat ekonomi bulan april lalu, namanya muthia, eh mutia (dia marah kalo namanya ditulis pake huruf ‘H’). Dia bilang begini, “Kak, kok bacaan disini berat-berat semua kayak badan bang ibob, kenapa ga ada kumpulan novel?”. Saya Cuma bisa tertawa sambil menjawab dalam hati, “Ada dek adaaaaaaaaa, ada novel kakak letakin disitu kemaren tapi gatau sekarang sama siapa *nangis cantik*.” Yang ngerasa, ehm, tolong balikin. Yah, begitu,walaupun ada beberapa novel yang saya letakan di perpustakaan mini ini, dua novel sih sebenarnya, dan sampai sekarang belum balik juga, saya cuma berpikir positif saja. Mungkin minat baca anggota komisariat sedang tinggi, sehingga novel-novel itu menjadi barang bergilir dari satu tangan ketangan lainnya tanpa singgah dulu di rak perpustakaan.
            Melewati perpustakaan mini, kita masuk lagi ke dalam. Tapi sebelum masuk, jangan lupa buka sepatu atau sendal dan letakan disini belum ada rak sepatu dimana saja asalkan rapi K. Kalau tidak rapi, nanti sekum komisariat yang mancung cantik lucu cetar membahana bisa marah walaupun tetap cantik. Ruangan yang akan kita masuki setelah perpustakaan mini adalah pusat berkumpulmya anggota komisariat. Disinilah semua kegiatan berlangsung, mulai dari belajar, diskusi, bercanda, rapat, main uno dan semua yang membuat saya selalu rindu untuk berkunjung ke sekre. Akses internet juga bisa didapatkan disini, karena ada wifi dari speedy yang kemarin disambar petir  yang pastinya selalu mendapatkan bantuan dari kakanda alumni sehingga wifi ini bisa kami nikmati setiap harinya. Terima kasih banyak kakanda *senyum-senyum manja*. Satu saran saya ketika mengakses internet dari wifi komisariat. Kalau sedang ramai dan banyak orang yang menggunakan wifi, jangan men-dowload, jangan nonton youtube, kalau tidak mau diamuk masa karena jaringan wifi yang jadi lambat. Ini serius. Saya pernah jadi korban.

            Oiya, ada yang baru dari ruang ‘pusat’ ini. Karata sekre sekarang, yang gendut yang buncit yang jomblo yang jago main bridge dan uno, Haady Kurniawan, mempunyai ide baru, yaitu papan motivasi. Di ruang pusat ini ada sebuah papan tulis kosong yang bisa dituliskan kata-kata motivasi dari siapa saja dan dari sumber apa saja. Kata haady sih, alasannya begini, “Alangkah bagus dan bangga nya kita kalau kata-kata motivasi dari kita dapat memotivasi orang lain juga”. Waaaaah. Nah, buat kakanda alumni ataupun anggota komisariat yang lain, jangan segan-segan untuk menuliskan kata-kata motivasinya di papan ini ketika berkinjung ke sekre dan berlomba-lomba untuk memotivasi orang lain. Berlomba-lomba dalam kebaikan InsyaAllah berkah J.
            Kita masuk lagi kedalam. Ruang sholat. Iya, ruangan selanjutnya yang akan kita temui adalah ruang sholat. Disini biasanya diadakan sholat berjama’ah (kalau maghrib). Biasanya, anggota komisariat yang cowok, akan berlomba-lomba untuk sholat kalau haady sudah ambil air wudhu, alasannya karena ingin sholat di-imam-i oleh Haady, saya juga heran kenapa bisa begitu. Dan biasanya juga, kalau sudah begitu, haady akan mengambil shaf paling belakang dan sholat sendirian. Astaga.
            Lanjut kita ke belakang. Ada ruangan baru, baru dibersihkan maksud saya. Sebuah kamar yang dulunya menjadi ruangan untuk menyimpan barang-barang yang sudah tidak terpakai yang dibersihkan oleh lelaki-lelaki perkasa penghuni sekre. Kamarnya juga sudah dicat, warnanya, ehm, ungu. Kamar itu akan ditempati oleh siapa saya belum tahu, yang jelas akan ada penghuni sekre baru yang kabarnya akan tinggal di sekre beberapa waktu lagi.
            Melewati kamar dengan cat berwarna, ehm, ungu tadi, kita akan sampai di dapur. Disinilah semua pernak-pernik yang berhubungan dengan masak dan makan berada. Mulai dari piring, sendok, gelas, kompor, magic jar serba guna, wastafel tempat mencuci piring, dan semuanya yang sering saya lihat karena saya sering masak disini  karena saya master of coocking  karena saya calon istri idaman  karena beberapa kegiatan komisariat juga berlangsung disini, seperti masak bersama ataupun lomba masak.
            Oiya, saya lupa menceritakan mengenai kamar mandi atau WC. Ada kok, ada. Anggota komisariat yang lain dan juga kakanda alumni, jangan ragu dateng ke sekre. Di sekre ada 2 kamar mandi yang bisa digunakan. Tapi berhubung yang satu agak sedikit gelap menurut saya, mungkin karena letaknya sedikit ke belakang, kamar mandi yang biasanya digunakan hanya satu, yaitu yang bersebelahan dengan dapur. Tetapi kalau ada yang harus menggunakan kamar mandi di belakang tadi dengan alasan emergency, maka tidak ada pilihan lain. Hehehe.
                        Oke, semua yang sudah saya ceritakan di atas itu adalah bagian dari sekre komisariat ekonomi, tapi hanya lantai 1 saja. Kalau untuk bagian lantai 2, saya tidak begitu paham karena cewek cantik dan manis seperti saya dilarang untuk naik ke lantai 2,bukan dilarang sih, kalau bisa jangan naik ke lantai 2, dengan alasan lantai 2 itu adalah area ‘cowok’ banget dan untuk menjaga estetika serta pikiran-pikiran masyarakat di sekitar sekre mengenai norma-norma yang berlaku di sekre komisariat ekonomi kita tercinta. Tapi yang saya tahu, di lantai 2 itu ada 2 kamar penghuni sekre, jemuran, tv, serta sinyal wifi yang lebih cepat.
            Tidak hanya perpustakaan, ruang pusat, ruang sholat dan dapur yang ada di sekre. Akhir-akhir ini, banyak bermekaran bunga-bunga asmara diantara anggota komisariat. Sempriiiwiit. Hehehe. Bagi orang-orang yang merasa sedang ditumbuhi ‘bunga’ ini, ayooo ayooo tutup mulut saya dengan pangsit kalau tidak mau nama atau inisialnya saya sebutkan disini. HAHAHAHAHA. *ketawa cantik*
            Saya rasa itu semua yang dapat saya ceritakan mengenai sekre komisariat ekonomi, komisariat CINTAkasih (ini password wifinya, hehe). Semoga cerita singkat ini dapat mengobati kekangenan kakanda alumni serta anggota komisariat yang sudah tidak bisa lagi sering main ke sekre karena sudah ‘naik kelas’ tadi. Selain itu, semoga sedikit cerita singkat ini bisa ‘menarik’ kakanda alumni serta anggota komisariat yang lain untuk datang, berkunjung, dan berbagi cerita ataupun diskusi di sekre komisariat ekonomi. We miss you all to going back “home”. Salam. YAKUSA.
            Eh, satu lagi, ini saya lampirkan beberapa kata-kata motivasi yang pernah tertulis di papan motivasi. “If we feel what they feel”-haady. “Kita bisa karena terbiasa, kita terbiasa karena bisa”-hamid. “Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat menghasilkan pemimpin lainnya”-Ogi. “Raja tidak akan pernah membunuh raja”-Salahudin (????) siapa salahudin ? ._.
Dari saya yang tiba-tiba terbangun








-ijek-

Perpustakaan Mini

Tempat Ngumpulnya Anggota Komisariat
Papan Motivasi

Dapur



Suasana Diskusi



                                                                                                                                                                                                                      
     

"Yang dikhawatirkan, anak muda yang tidak lagi punya idealisme..."


Diawali pernyataan mengenai pandangan kami selama mengikuti proses perkuliahan dengannya, sang dosen kemudian mulai mengutarakan apa yang  ia rasakan dan lihat. Pernyataannya yang intuitif, realistis dan logis ini menghantarkan bahasan yang menarik. Mulai dari bahasan selama perkuliahan sampai kepada realita yang terjadi saat ini. Sang dosen mengutarakan kegundahannya dengan tenang hingga bergejolak emosi.

Seketika aku tersentak mendengar statement ini keluar spontan dari mulutnya yang notabene seperhimpunan denganku. "Yang dikhawatirkan, anak muda yang tidak lagi punya idealisme", katanya keras. Kekecewaannya kembali memuncak ketika itu. Mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa harusnya memiliki idealisme untuk tetap progresif dan survive ditengah pergolakan zaman saat ini. Mahasiswa sebagai anak muda bangsa berperan penting dalam membangun negerinya sendiri yang tentunya dimulai dari dirinya sendiri dulu. Mahasiswa yang harusnya menciptakan peradaban, bukan malah tergerus dan lapuk termakan zaman.

Ideal-isme yang secara sederhana suatu keyakinan yang dianggap ideal, atau suatu ide/gagasan yang dipandang benar yang tercermin dalam pola pikir, sikap atau perilaku. Kalau master terhebat se-Sumbar  +Roni Baronisme bilang, konsep yang ideal menurut pandangan seseorang. Konsep ideal untuk mencapai dan menujudkan visi dan misi baik dalam organisasi maupun kehidupan sehari-hari, yang mana kumpulan idelisme yang sama dalam jumlah yang lebih besar biasa disebut ideologi.

Suara sang dosen semakin lantang ketika membahas issue ini. Kalau anda hanya berorientasi pada hasil dan mengabaikan proses maka anda termasuk orang yang gagal. Dengan gamblang si Bapak menceritakan, Saya sangat kecewa dengan mahasiswa saat ini. Kenapa begitu besar menaruh persentase pada hasil, namun kecil pada proses. Contoh sederhana ketika sedang menghadapi ujian. Dengan peradaban teknologi saat ini sangat memungkinkan untuk melakukan kecurangan.Seharusnya penggunaan teknologi dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Malas belajar dan kemudian meng-copy slide yang diberikan dosen ke hp memudahkan mahasiswa dalam menjawab soal yang diberikan.

Seharusnya, dengan perkembangan zaman, mahasiswa dengan idealisme-nya dapat membaca perkembangan dan memanfaatkan peradaban untuk kemajuannya dan bangsanya. Bukan malah tergerus dan melarutkan idealisme-nya untuk mencapai hasil yang diinginkan. Mahasiswa sebagai generasi muda yang menjadi "kader" harapan bangsa harusnya tidak mengorbankan idealisme-nya begitu saja. Bagaimana jadinya jika seseorang berpijak tanpa ada suatu dasar atau keyakinan yang dianggap benar? Mahasiswa sebagai insan intelektual seharusnya mampu bergerak, bukan digerakan peradaban. Jika mahasiswa sebagai generasi muda intelektual saja memiliki idealisme yang pudar, bagaimana dengan generasi muda yang non-akademis?

"Tidak terdeteksi lagi mahasiswa sebagai fighter....", gumamnya lagi. "Semakin rendah 'antena' nya, harus belajar lebih keras lagi! Biasakan mengerjakan sesuatu yang ada value-nya!". 

Fighter tidak terdeteksi lagi? hmmmm.......
Entah bagaimana Fighter ini tidak terdeteksi lagi. Apakah karena idealisme anak muda yang tak lagi gemilang ataukah benar-benar tergerus peradaban? Ataukah fighter ini terpudarkan oleh peradaban? pertanyaan ini hanya akan dijawab oleh kita sendiri. Bagaimana nasib kita kedepannya, bagaimana bangsa kita kedepannya, akankah lebih baik atau buruk akan terjawab dengan proses yang dilalui. Kita muda, kita yang memilih proses yang mana akan kita geluti. Proses berelief  terjal, curam, dan banyak rintangan kah yang akan kita pilih? atau kah relief yang kelihatan nya indah, datar atau cepat? Proses kita sendirilah yang akan menentukan hasilnya nanti. Maka, Besarlah karena Proses... 
(nanda- http://nandasw.blogspot.com/2014/05/yang-dikhawatirkan-anak-muda-yang-tidak.html)



Minggu, 05 Januari 2014

Opini Pengangguran dan Pelanggaran HAM

Kasus pelanggaran hak azasi manusia (HAM) di Indonesia, masih banyak yang belum terselesaikan. Tak jarang setiap harinya bertambah dengan kasus-kasus baru yang lebih parah. Kehadiran lembaga-lembaga serta aliansi-aliansi penegakkan HAM seharusnya menjadi sebuah harapan penegakkan HAM di Indonesia agar lebih baik.
Tapi tak jarang pula, para pejuang penegakan HAM menjadi korban pelanggaran HAM. Sebut saja Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia dan menjadi efek pelanggaran HAM terhadap penegakkan HAM.
Dengan banyaknya kasus pelanggaran HAM yang terjadi, lembaga-lembaga dan aliansi-aliansi penegakan HAM cenderung mengalami kendala dalam memberikan fokus terhadap kasus-kasus yang terjadi. Mereka cenderung terpaku pada permasalahan permasalahan terkait dengan pelanggaran-pelanggaran HAM personal ataupun legal equality seperti tindak kekerasan, pengambilan lahan dan sumber daya alam, serta kasus tindakan kriminalitas lainnya.
Memang ini senada dengan apa yang yang dibahasakan kepada salah satu koran nasional pada tanggal 07 Desember 2012 oleh Ketua Komnas Perempuan, Yuniyanti Chuzaifah menjelang Sidang HAM ke-II tiga lembaga HAM nasional, yaitu Komisi Nasional HAM, Komnas Perempuan, dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Dia menegaskan yang akan menjadi fokus dalam Sidang HAM ke-II ini seputar isu pelanggaran HAM dalam pengelolaan konflik SDA dan agraria, intoleransi, pelanggaran HAM masa lalu, dan kekerasan terhadap anak di sekolah.
Akan tetapi yang perlu kita ingat dan kaji kembali, masalah penegakkan HAM tidak hanya menyangkut hak asasi pribadi (personal right), hak asasi politik (political right), hak azasi hukum (legal equality right), hak asasi peradilan (procedural right), dan hak asasi sosial budaya (social culture right). Tapi juga menyangkut hak azasi ekonomi (property right), yang fokusnya adalah tingkat pengangguran yang terjadi di tengah masyarakat.
Sebagaian besar kasus pengangguran disebabkan oleh tidak tersedianya lahan pekerjaan yang cukup. Keterbatasan lahan pekerjaan tersebut menyebabkan kompetisi dalam memperoleh pekerjaan menjadi sangat tinggi.
Terkadang kompetisi tersebut berjalan secara sehat, tapi tidak jarang pula kompetisi tersebut terjadi secara tidak sehat. Dengan terjadinya kompetisi dalam mendapatkan pekerjaan tersebut, ternyata menjadi penyebab terjadinya pembatasan hak asasi ekonomi seseorang terhadap suatu pekerjaan oleh hak asasi ekonomi orang lain yang telah mendapatkan pekerjaan tersebut terlebih dahulu. Jika ia masuk ke lapangan pekerjaan lain, tentu akan tetap menghadapi kompetisi yang sudah terisi dengan kompetitor lain, sementara tuntutan ekonomi harus tetap dipenuhi.
Dengan tingginya tuntutan ekonomi, tentu desakan untuk memperoleh pendapatan juga semakin tinggi. Selain dengan cara meningkatkan daya saing sebagai kompetitor dalam memperoleh pekerjaan, tidak jarang cara yang digunakan adalah cara-cara yang tidak sehat dan melanggar hak asasi ekonomi orang lain, seperti tindakan eksploitasi, nepotisme ataupun suap.
Jika ditarik ke akarnya lagi, salah satu penyebab terjadinya pengangguran dan lemahnya tingkat kompetisi di kalangan penduduk usia kerja adalah faktor pendidikan.
Secara lazim tentu akan terjadi differensiasi pekerjaan antara penduduk usia kerja yang memiliki tingkat pendidikan rendah dengan tingkat pendidikan tinggi. Tentu, ini akan menyebabkan tingkat persaingan akan melampaui persinggungan-persinggungan hak asasi ekonomi.
Pada beberapa literatur, kita bisa menemukan bahwa pelanggaran hak asasi ekonomi bisa menjadi penyebab dan akar permasalah dari munculnya kasus-kasus pelanggaran HAM lainnya. Sebagai contoh, dengan informasi yang masing-masing kita miliki, kita bisa mengambil kesimpulan dari penyebab terjadinya kasus pelanggaran HAM berat di daerah Dharmasraya dengan aksi sweeping yang dilakukan para aparat polisi setempat pada tanggal 25-27 November 2012 lalu adalah efek dari tidak terpenuhinya hak asasi ekonomi masyarakat.
Asumsi yang bisa kita munculkan adalah, masyarakat dari golongan penambang emas merupakan masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah sehingga hak asasi ekonomi mereka terbatasi oleh status pendidikan untuk memperoleh pekerjaan. Berdasarkan pada data BPS Dharmasraya, memang menunjukan bahwa angka pendapatan perkapita penduduk di Dharmasraya merupakan salah satu yang cukup tinggi untuk daerah Sumatra Barat yaitu Rp12,591,541.90 pertahunnya dari jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa. Namun seperti yang kita ketahui bersama, jurang yang terjadi dalam pendapatan perkapita masyarakat di Indonesia sangatlah jauh antara masyarakat miskin dengan masyarakat kaya, sehingga kita tidak bisa secara mutlak berpatokan pada pendapatan perkapita masyarakat dalam menganalisa pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Jadi, kalau kita mencoba melakukan sebuah pemetaan terhadap kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Dharmasraya, kita akan menemukan akar dari kasus penangkapan inkonstitusional yang tidak sesuai dengan KUHAP tentang Penangkapan pasal 18 ayat 1 yang dilakukan oleh jajaran aparat polisi setempat adalah kebutuhan masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah dan tidak memiliki perkerjaan tetap terhadap peluang akan lahan pekerjaan yang produktif, yang bisa meningkatkan pendapatan demi memenuhi kebutuhan ekonomi. Namun apakah terjadi perebutan lahan antara masyarakat yang tiba-tiba menceburkan diri menjadi penambang dengan aparat polisi yang juga berfikir sama dengan penambang, bahwa lahan tambang sangat menjanjikan untuk memberikan pendapatan lebih? Tentu ini adalah question ending, yang tidak perlu berujung dengan sebuah statement.
Roni Azmal Fahdi
(Alumni komisariat Ekonomi Unand)

PENDIDIKAN KARAKTER BUKAN HAL BARU DI SUMBAR

Menarik mengikuti perdebatan mengenai pendidikan karakter oleh beberapa tokoh, budayawan, dan pakar pendidikan.
Perdebatan dimulai dari artikel Darman Moenir yang dimuat di Haluan Senin 26 Desember 2011. Berbagai wacana pro dan kontra menge­nai pendidikan semakin gen­car bermunculan, banyak per­spektif yang digunakan dalam memandang penting atau tidaknya pendidikan karakter diterapkan untuk mengubah kecacatan moral yang terjadi di negeri ini. Penulis ber­pendapat ada beberapa hal yang perlu kita cermati dalam pendidikan karakter.
Penulis adalah orang yang sepakat dengan pepatah Mi­nang “Kaciak taraja-raja, gadang tabao-tabao, gaek tarubah tidak”. Sangat fi­losofis dan bermakna luas jika kalimat yang memperlihatkan bagaimana sebuah proses pembentukan karakter yang terjadi di Minangkabau kita pahami lebih dalam.
Pembentukan karakter seseorang melewati beberapa proses dan tahapan. Tahapan pertama, adalah penanaman sistem nilai yang memberikan acuan dalam melakukan pe­nilaian pembandingkan ter­hadap sesuatu. Kedua, pem­bentukan sikap, dimana pro­ses penilaian dan pembandingan yang telah dilakukan oleh seseorang akan membentuk sebuah respon berupa sikap terhadap stimulus yang be­rasal dari lingkungan. Ketiga, adalah proses pembentukan perilaku, dimana hasil dari respon sikap terhadap sti­mulus menciptakan sebuah perilaku seseorang. Keempat, tahapan pembentukan karak­ter, sebagai sebuah hasil paripurna dari tahapan-ta­hapan pembentukan karakter yang berasal dari perilaku yang dilakukan secara be­rulang-ulang dan terus me­nerus yang biasa kita sebut dengan kebiasaan. Faktor internal berupa sistem nilai dan faktor eksternal berupa lingkungan memberikan penga­ruh yang significant terhadap kebiasaan seseorang yang akan membentuk karakternya.
Tanpa mengurangi esensi ilmu dari mahzab-mahzab ilmu pendidikan yang sedang berkembang didunia hari ini, penulis berpendapat bahwa metode pembentukan karakter yang paling baik dan relevan dipakai didaerah Sumatera Barat adalah mengacu pada pepatah kaciak taraja-raja, gadang tabao-tabao, gaek tarubah tidak”
Kaciak taraja-raja (kecil terajari), bisa dipahami se­bagai sebuah proses dok­trinisasi terhadap seorang anak, dimana ia diberikan setumpuk nilai-nilai ke­bena­ran. Sehingga ia memiliki suatu acuan dan sudut pan­dang dalam membandingkan dan menilai sesuatu sebagai suatu yang benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau tidak indah. Dalam istilah filsafat, idientik kita mengenal kata-kata tersebut dengan istilah penilaian etika, logika, dan estetika. Pe­na­na­man sistem nilai tersebutlah yang menjadi bagian ter­penting dan pondasi awal (faktor internal) bagi se­se­orang manusia dalam pem­bentukan karakternya.
Tahapan ini tentu dimulai dari lingkungan terdekat dari anak tersebut, mulai dari keluarga, lingkungan masya­rakat (sosial), dan lingkungan pendidikan. Adalah ke­nis­cayaan untuk orang tua dalam mengajarkan yang benar bagi anak-anaknya, akan tetapi proses interaksi anak tersebut dengan lingkungan sosial dan pendidikan juga memberikan pengaruh yang sangat besar dalam penanaman nilai-nilai tersebut. Satu hal yang men­jadi tuntutan bagi orang tua adalah bagaimana caranya orang tua dari anak tersebut melakukan proteksi terhadap sistem nilai yang salah agar tidak menjadi suatu acuan yang dianggap benar oleh si anak. Ada beberapa sistem nilai yang dapat diberikan kepada si anak sebagai pem­banding sistem nilai yang benar dan sistem nilai salah. Diantaranya adalah sistem nilai yang berasal dari nilai-nilai agama, nilai-nilai budaya dan tentu saja nilai-nilai hukum yang berlaku. Karena itulah sistem “babaliak ka­surau” juga menjadi sangat relevant dalam menunjang pembentukan karakter. Ka­rena sistem pendidikan di­sekolah hari ini, terutama yang tidak berbasis agama, menurut penulis belum mem­berikan komposisi yang cukup dalam memberikan pe­na­naman nilai-nilai agama terhadap anak-anak.
Gadang tabao-bao (remaja ikut-ikutan), sebagai proses lanjutan dari pembentukan karakter, proses ini mem­berikan representasi bahwa pada tahap menuju remaja, diasumsikan seseorang sudah memiliki sebuah sistem nilai dalam dirinya. Sehingga da­lam proses interaksi social yang lebih dalam, ia sudah bisa menyusun sebuah ide dan gagasan dalam melakukan penilaian dan perbandingan berupa respon terhadap sti­mulus-stimulus dari ling­kungan. Dalam proses ini, si anak yang telah beranjak remaja akan melakukan proses penilaian ulang terhadap sistem nilai dalam dirinya (faktor internal) dengan rea­lita yang ada (faktor eks­ternal). Faktor eksternal ini, bisa berasal dari pengalaman pribadi atau orang lain dan ilmu pengetahuan yang ia peroleh dari bangku pen­didikan ataupun bacaan-bacaan yang beredar bebas dan luas saat ini. Pada proses ini orang tua, dituntut untuk memberikan control terhadap sistem nilai yang telah di­tanamkan.
Gaek raubah tidak (de­wasa tidak terubah), ta­hapan ini merupakan proses pari­purna dari pembentukan karakter seseorang. Dimana sistem nilai yang tertanam dan telah melewati proses perbandingan dan penilaian dengan realita, dimana proses perbandingan dan penilaian tersebut akan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor keingingan dan ke­butuhan. Jika kebutuhan dan keinginan lebih kuat di­ban­ding­kan dengan sistem nilai yang ada dalam diri se­se­orang, akan membuat sistem nilai tersebut hancur, sehingga secara sikap, perilaku, dan karakterpun akan berubah.
Jika karakter yang di­bangun seseorang tidak me­miliki sebuah konsis­tensi dan berubah-ubah, serta cenderung menye­suaikan dengan ke­ingi­nan dan kebutuhan maka penulis lebih sepakat menye­but seseorang ter­sebut tidak berkarakter. Dan wajar, jika istilah-istilah seperti “pe­mimpin tidak berkarakter”,  yang menimbulkan analogi “bangsa yang tidak ber­karakter” bermunculan dan disebut dimana-mana saat ini.
Jadi penulis ber­ke­sim­pulan bahwa sistem pen­didikan karakter, sebenarnya ditelah di­terapkan di Minang­kabau dari dahulu. Hanya saja kita sering terlupa untuk memahami pesan-pesan yang disampaikan oleh orang orang tua melalui pepatah-pepatah seperti “ka­ciak taraja-raja, gadang tabao-bao, gaek ta­rubah tidak”, dan bahkan sudah ada solusi terhadap permasalahan ter­sebut yaitu “babaliak ka­sursau” dan mengintensifkan pembentukan karakter ini pada masa anak-anak dan remaja dimulai dari  ling­kungan-lingkungan ter­dekat. Pesan-pesan tersebut tentu bertujuan untuk mem­per­tahankan citra Sumatera Barata sebagai produsen tokoh-tokoh hebat seperti Moh. Hatta, M. Yamin, Natsir, Tan Malaka, dan banyak yang lainnya.

RONI AZMAL FAHDI
(Alumni Komisariat Ekonomi Unand)

Kamis, 02 Januari 2014

Harapan Indonesia

Sejarah telah mengajarkan kepada kita betapa Republik ini dibangun dengan tumpuan optimisme yang menggelora.
Kita bisa mengingat, di tengah karut-marut negeri kita di awal kemerdekaan, para pemimpin tetap mampu memberi optimisme kepada rakyat.
Padahal jika kita melihat kondisi hari itu, semua hal serba tertinggal. Hanya lima persen penduduk Indonesia yang melek huruf. Hanya ada 92 sekolah menengah atas (SMA) dan lima universitas.

Gejolak sosial dan kekacauan berdarah terjadi di mana-mana. Bayangkan bila Anda berjalan malam hari dari Jakarta ke Bandung pada masa itu. Pasti Anda akan dirampok saudara sebangsa. Apa yang bisa dibanggakan dari kondisi seperti itu?

Tapi lihatlah Soekarno, Muhammad Hatta, dan para pendiri Republik yang lain. Mereka tetap menggelorakan optimisme kepada rakyat. Mereka memberi semangat tentang Indonesia yang kaya raya, karena saat itu sumber daya manusia sama sekali belum bisa dibanggakan.
Para pendiri Republik mampu menggandakan pesan optimisme dan semangat kepada rakyat. Mengapa? Karena para pendiri Republik menyampaikan semua pesan dengan otentik, tidak dibuat-buat, apa adanya.
Maka sangatlah aneh bila hari ini, di tengah kemajuan yang telah dicapai oleh bangsa ini, seringkali pesan-pesan positif tidak berhasil digandakan. Gagalnya penyampaian pesan-pesan kepada rakyat hari ini disebabkan sebagian besar pesan itu tertutup dengan pencitraan dan kurang otentik. Nyaris tak ada lagi pesan-pesan yang otentik, karena para pemimpin cenderung menghindari kontroversi.
Kita butuh pemimpin otentik. Pemimpin yang tidak takut dengan kontroversi. Pemimpin yang tak hanya peduli dengan kata wartawan, karena tindakan hari ini akan dinilai oleh sejarawan.
Pemimpin harusnya takut pada sejarawan, bukan pada wartawan.
Dalam konteks ini kita perlu memberi apresiasi kepada Mahfud MD, ketua Mahkamah Konstitusi. Beberapa keputusan Mahkamah Konstitusi selama ini telah memicu kontroversi. Tapi Mahfud MD dan Mahkamah Konstitusi terus jalan. Begitulah seharusnya sikap seorang pemimpin. Pemimpin itu harus memberi contoh. Pemimpin harus memberi harapan, bukan ratapan.

Harapan juga dibutuhkan dalam penegakan hukum dan pemberantasan korupsi, penyakit yang kian menggerogoti negeri ini. Ini bukan penyakit baru. Korupsi sudah ada sejak zaman kolonial. Ketika Herman Willem Deandels datang di Indonesia 1 Januari 1808, di sini sudah ada korupsi.

Di zaman awal kemerdekaan juga sudah ada korupsi. Tapi para politisi masih memiliki kepedulian yang kuat untuk memikirkan nasib rakyat. Walau mereka bertarung secara ideologi, tapi secara personal dan tingkah laku, banyak yang bisa dicontoh. Bagi mereka, kepentingan Republik adalah di atas segalanya.

Maka sudah sepantasnya nasib rakyat kembali dijadikan orientasi. Hari ini paradigma baru yang harus dibangun adalah sumber daya manusia sebagai aset kekayaan Republik.
Jangan terpaku lagi pada kekayaan alam sebagai orientasi. Jika hari ini kita masih lebih hafal jumlah barel produksi minyak daripada jumlah guru, maka itu sama saja dengan pola pikir kolonial.
Kolonial hanya berpikir kekayaan alam dan bagaimana mengisap kakayaan alam negeri ini untuk kepentingan bangsa mereka.
Pola pikir seperti itu hanya mengutamakan tujuan untuk keuntungan sepihak dalam segala hal, termasuk dalam pembangunan infrastruktur. Contoh, rel kereta api zaman dulu dibangun hanya untuk menghubungkan perkebunan, bukan menghubungkan daerah padat penduduk. Karena kolonial berpikir untuk mengisap kekayaan alam bangsa Indonesia sebesar-besarnya.

Hari ini kita telah menikmati berbagai hasil dari proses transformasi demokrasi. Bangsa Indonesia sebagai negara demokrasi memang patut berbangga. Pemilihan umum sebagai salah satu bentuk demokrasi bahkan telah diselenggarakan dengan baik. Tapi sebenarnya pemilu itu ditentukan bukan oleh pemenang, tapi oleh pihak yang kalah. Jika pihak yang kalah memboikot hasil pemilu, maka tak akan ada legitimasi terhadap pemenang pemilu.

Oleh karenanya menjadi aneh, kalau hari ini kita serasa sulit menemukan negarawan. Mengapa? Karena visi bangsa kita tertutup dengan banyak contoh buruk. Benarkah sudah tak ada lagi negarawan di negeri ini? Tentu tidak! Masih banyak orang-orang baik dengan kontribusi positif. Masih banyak anak-anak muda yang terpanggil membangun negara. Banyak contoh orang-orang baik yang sifatnya seperti negarawan, tapi jarang diekspos.

Jadi apa yang bisa dilakukan? Tawarkan skema dalam bentuk pengabdian dan kehormatan, bukan punishment. Seringkali pengabdian ditawarkan dengan mekanisme punishment dan uang. Padahal jika pengabdian ditawarkan dalam skema kehormatan, masih banyak anak-anak muda yang tertarik.
oleh : Anies Baswedan