Kamis, 19 Februari 2015
Pengurus Baru, Semangat Baru, Mari Kita Ciptakan Sejarah Baru
Sabtu,
13 Desember 2014 menjadi tanggal penting bagi HmI Komisariat Ekonomi
Universitas Andalas. Pasalnya, pada hari itu, HmI Komisariat Ekonomi Unand
resmi dikelola oleh pengurus baru yang dinahkodai oleh Haady Kurniawan.
Pelantikan pengurus HmI Komisariat Ekonomi Unand periode 2014/2015 yang
berlangsung di wisma HmI/Kahmi Cabang Padang itu dihadiri oleh pengurus baru,
pengurus demisioner, anggota komisariat, para tamu undangan, dan juga kakanda
Dwinda Rahman serta Bang Roni Azmal Fahdi yang mengaku sebagai “Ikahmi
Junior”.
Acara
pelantikan berlangsung dengan khidmat. Dimulai dengan pembukaan oleh Putri
Kurnia Igatama selaku pembawa acara, lalu dilanjutkan dengan pembacaan ayat
suci Al-Qur’an oleh Fahrul Rozi Kholis, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya
beserta Hymne HmI yang dipimpin oleh Mutia Arindra.
Acara
selanjutnya adalah bagian yang paling sakral pada acara ini, yaitu pelantikan
pengurus atau bai’ah. Diawali dengan pembacaan Surat Keputusan (SK) oleh Rayza
Thipanna selaku pengurus HmI Cabang Padang yang juga berasal dari Komisariat
Ekonomi Unand, bai’ah berlangsung dengan khidmat. Pengurus baru diminta untuk
mengikuti ucapan ketua umum HmI Cabang Padang, saudara Rifky, yang membacakan
kalimat bai’ah yang berisi janji serta ikrar para calon pengurus untuk
mengelola Komisariat Ekonomi Unand dengan memenuhi misi keummatan dan juga misi
kebangsaan. Para calon pengurus mengucapkan kata-kata tersebut dengan penuh
khidmat dan semangat yang terdengar dari lantangnya suara yang dikeluarkan.
Setelah
bai’ah selesai dilakukan, acara selanjutnya adalah serah terima jabatan dari
pengurus periode 2013/2014 yang diwakilioleh Nanda Sari Wahyuni selaku ketua
umum demisioner kepada Haady Kurniawan selaku Ketua Umum periode 2014/2015.
Walaupun agak gugup, Haady berhasil menunjukkan bahwa pengurus periode
2014/2015 siap untuk mengemban amanah baru yang diberikan. Setelah dibai’ah dan
serah terima jabatan, maka resmilah calon pengurus menjadi pengurus HmI Komisariat
Ekonomi Unand periode 2014/2015.
Selanjutnya
adalah kata sambutan oleh ketua umum yang baru. Haady, selaku ketua umum,
menyampaikan kata sambutan dengan semangat yang menggebu-gebu. “ Kita jangan hanya
menikmati sejarah, tapi kitalah yang harus menciptakan sejarah.”, ucap haady
pada kata sambutannya. Hal ini juga didukung oleh jargon yang dipilih oleh
ketua umum untuk menjalani roda kepengurusan, yaitu Inovatif, Kreatif, dain
Inspiratif, atau yang disingkat dengan IKI. Haady juga berharap agar jargon ini
membawa perubahan yang positif bagi kemajuan Komisariat Ekonomi kedepannya.
Seperti yang diungkapkannya pada saat pemberian kata sambutan, “Semoga dengan
adanya jargon ini, menjadi semangat bagi kita untuk selalu memberikan hal yang
inovatif dan kreatif bagi komisariat, dan Insha Allah dapat menjadi inspirasi
bagi komisariat-komisariat lain.” Insha Allah, Amin. (Tri Rezeki)
Cita-cita dan kesuksesan
Tulisan ini berisi tentang memahami Cita – cita dan kesuksesan.
Didalam kehidupan akan banyak
melalui lika liku kehidupan untuk mencapai sebuah kesuksesan. Dimana
pada saat kesuksesan tidak bisa dikatakan dengan memiliki uang yang banyak bisa
pergi kemana saja dan bisa sekolah ditempat yang diinginkan. Lalu pernahkah
anda mendengar apa yang bisa dilakukan untuk mencapai mimpi yang besar itu
dengan cita - cita? jika kita pahami lagi secara menditail, maka semacam arti
yang tersembunyi tentang cita – cita tersebut, yaitu sebuah kesuksesan sesungguhhnya berawal dari cita-cita yang
besar.
Pada saat
kita memahami arti dari cita – cita itu
merupakan sebuah perjalanan kita memahami tentang arti dari kesuksesan, didalam
diri kita akan menemukan sebuah keinginan yang besar untuk menjadi orang lebih
baik lagi , merubah masa depan, bahwa hal inilah sesungguhnya yang harus kita
pahami dari dalam diri kita, ini disebabkan banyak hal – hal yang mengagumkan
dalam diri kita yang mungkin lebih menarik lagi yang terkadang kita susah
memahaminya. Oleh karena itu, sepantasnya kita menghargai waktu serta kehidupan
kita ini untuk mencapai hal yang kita inginkan, serta menggunakan kesempatan
belajar yang didapat lebih bermakna serta menciptakan karya – karya yang akan
dinikmati orang banyak. Untuk menghargai
Kesempatan yang diberikan berarti melahirkan massa depann yang lebih baik lagi,
dengan menggunakan kesempatan untuk memberikan manfaat bagi kesejahteraan diri
sendiri, keluarga dan orang-orang di sekitar
kita.
Apa yang
harus dilakukan dalam dalam mencapai cita - cita ? Hal inilah yang harusnya
kita tanamkan dalam diri kita untuk sebuah kesuksesan. (Viky Harnova)
Indonesia dan HMI
Indonesia, dulu
nama ini begitu hebat di mata dunia. Sebuah nama yang cukup diperhitungkan
dikancah internasional. Dengan pemimpin yang mampu membuat Negara lain menjadi
segan, yang mampu membuat Indonesia mendapatkan gelar “Macan Asia” dan masih
banyak prestasi yang ditorehkan oleh setiap pemimpin Negara Indonesia sampai
saat ini. Di Asia Tenggara sendiri, Indonesia merupakan salah satu dari 5
negara yang menjadi pelopor berdirinya ASEAN. Dengan begitu banyak prestasi
yang dimiliki oleh Indonesia, kita patut bangga menjadi salah satu bagian dari
Negara yang sangat besar ini. Akan tetapi akhir-akhir ini begitu banyak masalah
yang dihadapi oleh Negara ini. Begitu banyak media yang memberitakan masalah
yang dihadapi Indonesia, bahkan melebihi pemberitaan tentang prestasi
Indonesia. Seolah-olah di Indonesia ini hanya ada masalah. Itulah Indonesia
saat ini.
Mungkin
sebelumnya kita kembali dulu ke masa waktu kita masih SD. Saat masih SD kita
dikenalkan dengan Indonesia, mulai dari letak astronomis dan letak geografis
Indonesia. Salah satu bentuk keuntungan dari letak Indonesia tersebut adalah
Indonesia terletak di jalur perdagangan dunia, sehingga Indonesia yang sudah kaya
dengan kekayaan alam akan menjadi lebih makmur lagi dengan posisi Indonesia
tersebut. Mungkin itu salah satu yang kita dapatkan sewaktu SD. Hal itu membuat
kita menjadi merasa bangga menjadi warga Negara Indonesia. Menjadi bagian dari
Negara yang sangat kaya ini. Namun semakin bertambah umur, semakin banyak yang
dapat kita mengerti tentang Negara ini. Tak hanya prestasi, masalah yang
dihadapi juga banyak. Begitulah media-media yang sekarang selalu menggaungkan
setiap masalah yang dihadapi Negara ini, mulai dari bencana alam, kemiskinan,
narkoba, hingga korupsi yang merajalela dimana-mana. Terlihat dibalik kekayaan
yang dimiliki oleh Indonesia, menyimpan berbagai macam masalah yang harus
dihadapi oleh bangsa ini.
Salah satu
masalah yang bisa dibilang tidak pernah hilang dari pemberitaan media adalah
tentang korupsi. Korupsi itu sudah seperti budaya bagi bangsa ini. Dari zaman
dulu sampai saat ini, bisa dibilang semakin meningkat “prestasi” Indonesia
dibidang ini. Tidak hanya para “wakil rakyat” yang mengurus Negara ini yang
melakukan korupsi, bahkan ketua RT pun juga ada yang melakukan korupsi. Sepertinya
korupsi sudah mendarah daging bagi bangsa ini. Sepertinya sifat manusia yang
tidak pernah puas terlalu besar dimiliki oleh
orang-orang yang berkeinginan mengurus Negara ini. Mungkin bisa dibilang
sudah stadium 4 sifat tidak pernah puasnya, sehingga mereka memanfaatkan setiap
ada celah untuk berkorupsi. Walaupun tidak semuanya yang seperti itu. Masih ada
juga pemimpin yang jujur di Negara ini, tetapi jarang tersentuh oleh media.
Beberapa waktu
belakangan ini, media disibukkan dengan berita calon Kapolri yang menjadi
tersangka rekening gendut. Di berita tersebut dijelaskan bahwa calon Kapolri
tersebut sudah ditetapkan menjadi tersangka, dan sehari setelah itu DPR
meloloskannya untuk menjadi Kapolri. Entah apa yang dipikirkan oleh para
pejabat Negara ini dalam meloloskannya. Mungkin sewaktu DPR melakukan fit and proper test terhadap calon
tersebut tidak terdapat masalah. Akan tetapi dengan pemberitaan media yang sudah
lebih dahulu mengenalkan masalah dari calon tersebut akan menimbulkan berbagai
sikap dari masyarakat. Terlebih saat DPR meloloskan padahal sedang terlibat
masalah, Negara ini terlihat seperti kekurangan stok pemimpin yang bagus.
Padahal Negara ini merupakan Negara yang besar dengan penduduk lebih dari 200
juta. Entah kenapa setiap pemimpinnya selalu memiliki masalah. Bahkan yang
sudah terjerat suatu masalah, bahkan sudah menjadi tersangka masih dipaksakan
untuk memimpin. Sebelum berita tentang calon Kapolri ini, juga ada seorang
Sekda di salah satu provinsi yang dilantik padahal juga sudah ditetapkan
menjadi tersangka. Dan juga masih banyak yang lain yang memiliki masalah yang
sama. Bahkan Bapak Gamawan Fauzi sewaktu menjadi Menteri Dalam Negeri mengatakan
lebih dari separuh dari pemimpin daerah terjerat dalam berbagai kasus, salah
satunya korupsi. Hal itu menunjukkan bahwa mental dari pemimpin Indonesia ini
masih belum memiliki mental pemimpin.
Kembali lagi ke
waktu kita SD, kita diajarkan bahwa pemimpin itu lebih mementingkan kepentingan
umum daripada kepentingan pribadi dan golongan. Saya sendiri masih ingat
kata-kata itu ada dipelajaran PPKN sewaktu SD. Tapi kalau melihat dari pemimpin
yang ada sekarang, rata-rata lebih banyak mementingkan kepentingan pribadi dan
golongannya. Mereka lebih memikirkan bagaimana mereka terus berkuasa dan
bagaimana mereka memperoleh keuntungan dari kekuasaannya. Hanya segelintir
pemimpin yang sepertinya memikirkan rakyatnya. Tidak terlihat mereka menerapkan
pelajaran dasar yang mereka dapat sewaktu SD tentang pemimpin. Entah mereka
tidak mengerti pelajaran itu, atau mereka “cabut” pada jam pelajaran itu
sehingga mereka tidak tahu. Ketidak tahuan atau ke-pura-pura tidak tahuan dari
pemimpin sekarang tentang dasar ini menyebabkan mereka menjadi pemimpin hanya
memikirkan kekuasaan tanpa memikirkan siapa dan apa yang dipimpinnya. Mereka
seperti seorang sopir angkot yang dikejar setoran. Secara kasat mata, seperti
itulah rata-rata para pemimpin yang memimpin bangsa yang besar ini.
Untuk mencapai
apa yang sudah ditanamkan sejak kita kecil, sejak masih sekolah dasar, bahwa
Indonesia adalah Negara yang kaya dan makmur, dibutuhkan seorang pemimpin yang
benar-benar memahami makna dari pemimpin tersebut. Tidak mudah untuk bisa
memimpin bangsa yang sangat besar ini. Dengan ribuan pulau dan berbagai macam
suku yang berbeda-beda, tidaklah mudah untuk menyatukan semuanya. Dibutuhkan
sosok yang mampu merangkul setiap orang dari Sabang sampai Merauke. Dibutuhkan
juga sosok yang mengerti setiap kebutuhan dari bangsa ini untuk menjadi Negara
maju. Mungkin semua yang dibutuhkan untuk menjadi sebuah Negara yang maju sudah
kita miliki. Indonesia adalah Negara yang kaya akan alamnya. Itu yang tidak
dimiliki oleh Negara lain. Akan tetapi kita masih jauh tertinggal dalam
pengelolaannya. Apabila kita mampu mengelola sendiri seluruh harta yang kita
miliki ini, bukan tak mungkin kita akan menjadi bangsa yang nomor satu di dunia
ini. Namun itu tidaklah mudah. Setiap orang di Negara ini mempunyai kepentingannya
masing-masing. Untuk menyatukan setiap kepentingan tersebut menjadi sebuah
kekuatan bersama sepertinya cukup sulit. Itulah PR dari para pemimpin di Negara
ini. Bagaimana mereka menjadi sosok yang mampu menyatukan semuanya, seperti
semboyan dari bangsa ini “Bhinneka Tunggal Ika”. Menjadi pemimpin yang
benar-benar membawa kemajuan bagi bangsa ini.
Pemimpin.
Kepemimpinan. Sebuah kata yang sering kita dengar sehari-hari. Di HMI kita juga
sudah diajarkan tentang hal ini. Sewaktu LK 1, juga terdapat sebuah materi
yaitu tentang kepemimpinan. Disana juga sudah dijelaskan semua tentang pemimpin
dan kepemimpinan. Menanggapi apa yang terjadi akhir-akhir ini pada bangsa ini,
hal tersebut juga sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai kader HMI. Dimana kita
merupakan kader umat dan kader bangsa. Bagaimana bangsa ini kedepannya adalah
tanggung jawab kita. Beberapa tahun kedepan akan ada diantara kita yang menjadi
seorang pemimpin di Indonesia ini. Sebagai kader HMI, kita harus bisa memajukan
bangsa ini. Saat kita memimpin, kita harus bisa menjadi panutan, menjadi sosok
yang bisa menyatukan bangsa ini. Pada saat LK sudah dijelaskan bahwa
kepemimpinan adalah seni mempengaruhi orang. Hal itu menjadi dasar kita untuk
menjadi pemimpin yang bisa merubah bangsa ini. Bagaimana kita memimpin setiap
orang untuk bersama-sama mengemban amanah sebagai kader bangsa. Kader bangsa
bukan hanya kita di HMI. Setiap warga Negara Indonesia adalah kader bangsa.
Tugas kita adalah bagaimana membuat mereka menyadari bahwa mereka adalah kader bagi
bangsa ini dan mau bersama-sama membangun bangsa ini menjadi lebih baik dari
saat ini. Dalam memimpin kita juga harus menyadari bahwa HMI. Kita harus
memperkuat ke-Islam-an kita agar kita tidak terjerumus menjadi pemimpin yang
tidak amanah. Islam yang kuat adalah benteng bagi diri kita dalam memimpin.
Dengan Islam yang kuat dan bangsa yang adil dan makmur, kita secara tidak
langsung mewujudkan tujuan dari HMI. Selain itu, kita juga harus mampu
melahirkan kader-kader lain yang akan meneruskan kepemimpinan kita, karna
pemimpin yang sukses bukanlah dilihat dari banyak yang dipimpinnya, tetapi dari
berapa pemimpin hebat yang mereka lahirkan setelahnya.
Sebelum amanah
tersebut kita terima, alangkah baiknya kita apabila kita terus meng-upgrade kemampuan kita. Apabila pada
masa kita nanti bangsa ini masih seperti ini, mungkin bisa dibilang kita gagal
mengemban amanah sebagai kader bangsa. Untuk itu, selagi kita masih punya
banyak waktu, alangkah baiknya diri kita terus kita isi dengan berbagai macam
pengetahuan. Kita sudah mempunyai gudangnya. Di HMI kita bisa menemukan apapun
apabila kita gigih mencari. Apabila kita mau mencari dan mau belajar, kita akan
menemukan semua yang kita butuhkan di HMI. HMI merupakan gudang ilmu,
perpustakaan kita. Kita sudah mempunyai wadah untuk mengembangkan diri kita.
Dengan berproses disini, secara tidak langsung kita sudah meng-upgrade kemampuan kita. Membesarkan dan
dibesarkan. Itulah kata-kata yang juga pertama kali saya dengar sewaktu LK. Di
HMI kita harus siap membesarkan dan dibesarkan. Kita akan dibesarkan oleh HMI
dengan kita menggali ilmu yang ada didalamnya. Saat kita besar, kita juga harus
bisa membesarkan HMI. Oleh karena itu, sebagai kader HMI, kader umat dan kader
bangsa, sudah menjadi tanggung jawab kita untuk bisa mengemban amanah tersebut.
Saat kita di bai’ah, kita sudah siap untuk memikul beban tersebut. Tongkat
estafet bangsa ini sudah ada ditangan kita. Tergantung bagaimana kita
menentukan arah bangsa ini. Apakah akan seperti ini juga, atau menjadi lebih
dari saat ini. Semuanya tergantung kita, kader umat dan kader bangsa. Yakusa. (Satrya Fitrazani)
Materi Public Speaking saat Upgrading Pengurus HMI Komisariat Ekonomi UNAND
Beberapa hari yang lalu ada kelanjutan dari upgrading Pengurus HMI Komisariat Ekonomi UNAND dengan materi 'Public Speaking’ yang disampaikan oleh Kakanda Andri Satria Masri. Ada beberapa
pelajaran yang mungkin dapat bermanfaat dan dapat kita terapkan. Biar nggak
lupa juga, makanya ditulis di sini.
Cara buat ngomong di depan umum itu ada tiga trik :
Yang pertama,
banyak-banyak membaca. Kamu cari tau buku apa yang kamu suka, nggak usah baca buku yang
terlalu berat juga. Baca buku yang menurut kamu asik, ada ilmunya. Jangan
keseringan baca komik atau novel. Karena kebanyakan itu Cuma cerita khayalan. Kenapa membaca? Coba deh pikir, kalau mau ngomong sesuatu sama orang lain,
harus ada referensi kan? Dan
itulah, agar tambah wawasan maka harus sering baca. Allah aja bilang dalam alquran, iqra’ yang artinya bacalah.
Kalau udah sering
membaca, trik yang kedua, kamu harus sering berdiskusi tentang apa aja yang
menurut kamu butuh dan perlu didiskusikan. Nggak usah yang
berat-berat jugak diskusinya. Misalnya aja kalau habis baca buku, ajak teman kamu yang suka baca
buku juga. Kalau kamu bahas 2 buku dan temen kamu pun bahas 2 buku, maka ilmu yang kamu dapat jadi 4 buku. Dan bertambah pula lah wawasan kita. Diskusi tentang isu terkini pun juga boleh. Misalnya kamu nonton
berita, kalau ngerasa ada yang janggal dan dipertanyakan, bisa juga dijadikan bahan diskusi. Kita bisa lihat satu
masalah dari berbagai sudut pandang. Agar pemikiran nggak tumpul dan bisa terbuka dengan hal yang baru.
Yang ketiga, sering-sering
menulis. Nah ini dia, ilmu yang didapat seringnya berharga waktu mendengarnya
saja. Tapi
lebih sering terlupakan. Agar tidak terlupakan, apa yang didapat bisa kamu tulis dan di share biar orang
lain juga bisa dapat ilmunya. Pahala kan ya?
Dan pesan yang bagus juga dari Bang Andri Satria Masri, “Jika ingin
bicara di depan umum, gelas harus terisi agar ada yang dapat kita tuangkan ke
gelas orang lain. Jika gelas kita sendiri kosong, maka kita juga tidak
mempunyai sesuatu yang dapat kita tuangkan ke gelas orang lain”.
Makasih buat yang udah mau baca tulisan ini. Maklum lah baru belajar nulis juga karna
terinspirasi dari Bang Andri. Mau sukses ya harus belajar. (Wahyu Lestari)
Facebook
Twitter
Google+
Pinterest
LinkedIn
RSS
About The Author
Himpunan Mahasiswa Islam
Ketua Umum HMI Komisariat Ekonomi UNAND
Sekretaris Umum Komisariat Ekonomi UNAND
Categories
Blog Archive
Popular Posts
Pelantikan Pengurus 2014/2015 Komisariat Ekonomi UNAND
Diberdayakan oleh Blogger.