Mendekati akhir
tahun memang masih banyak pertanyaan yang melintas di benak saya. Sampai pada
awal tahun dengan pertanyaan yang sama, “BOLEHKAH SEORANG MUSLIM MENGUCAPKAN
SELAMAT ATAS HARI BESAR AGAMA LAIN?”
Selama ini saya
masih menggunakan insting dan pengetahuan yang didapat dari teks NDP HMI, serta
dari Alquran. Namun, memang tidak ada ayat yang menjelaskan secara pasti
mengucapkan selamat atas hari raya agama lain, seperti selamat natal dan tahun
tidak boleh atau diharamkan. Rasa penasaran dan keingintahuan mengantarkan saya
untuk melanjutkan pencarian jawaban di dunia maya. Dari berbagai sumber, saya
rangkum pembahasannya sebagai berikut :
Mengucapkan
selamat atas hari besar agama lain diharamkan. Sebagai contoh yang paling
sering kita dengar yaitu ucapan selamat natal. Menurut fatwa ulama besar Saudi
Arabia, Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin
rahimahullah, dari kumpulan risalah (tulisan) dan fatwa beliau (Majmu’ Fatawa
wa Rosail Ibnu ‘Utsaimin), 3/28-29, no. 404.
“Adapun
memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi
orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal, pen) adalah sesuatu yang
diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah
memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan,
‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat
pada hari besar mereka dan semacamnya.” Kalau memang orang yang mengucapkan hal
ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang
diharamkan.”
Berdasarkan
ijma’, mengucapkan selamat natal diharamkan, walaupun tidak berniat apa-apa dan
hanya sekedar mengucapkan selamat atas dasar toleransi ataupun saling
menghormati dalam hal beragama dalam negara Bhineka Tunggal Ika ini. Namun, itu
salah, salah besar.
Menurut
KBBI, selamat berarti terbebas/terhindar dari bahaya, doa yang mengandung
harapan supaya sejahtera (ucapan/pernyataan),
pemberian salam mudah-mudahan dalam keadaan baik. Mengucapkan selamat
natal berisi makna mendoakan atas perayaan tersebut, walaupun tidak ikut
didalamnya. Natal diambil dari bahasa latin “Dies Natalies” yang berarti hari
lahir. Dalam bahasa Inggris Christmas yang
berarti Misa Kristus, atau Christ = Kristus, Mas=Mass atau masa yang berarti
kumpulan masa untuk merayaan hari kelahiran kristus. Mengucapkan selamat natal
berarti memberi selamat atas perayaan kelahiran yesus kristus. Memberi selamat
atas sujudnya mereka kepada salib. Jika dikaji dalam teks NDP, sangat jelas
makna kalimah, Laa illa ha Illaullah, tiada tuhan selain Allah. Allah, Tuhan
pemilik kerajaan langit dan bumi, Tuhan Yang Maha Esa, tidak beranak dan tidak
pula diperanakkan. Sementara dalam perayaan natal, jelas-jelas memperingati
hari dimana Yesus yang kala itu dianggap sebagai anak Tuhan.
“Mereka
berkata : ‘Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak.’ Sesungguhnya kamu telah
mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah
karena ucapan itu, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh” (Q.S Maryam:
88-90).
Mahasuci
Allah dari apa yang mereka tuduhkan. Ini termasuk bid’ah dan mendekati syirik.
Selain itu, Majelis Ulama Indonesia terlebih dahulu
mengemukakan dasar-dasar ajaran Islam dengan disertai berbagai dalil baik dari
Al Qur’an maupun Hadits Nabi saw sebagai berikut :
a) Bahwa ummat Islam diperbolehkan untuk
bekerja sama dan bergaul dengan ummat agama-agama lain dalam masalah-masalah
yang berhubungan dengan masalah keduniaan.
b) Bahwa ummat Islam tidak boleh
mencampur-adukkan agamanya dengan aqidah dan peribadatan agama lain.
c) Bahwa ummat Islam harus mengakui
ke-Nabian dan ke-Rasulan Isa Almasih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka
kepada para Nabi dan Rasul yang lain.
d) Bahwa barangsiapa berkeyakinan bahwa
Tuhan itu lebih dari satu, Tuhan itu mempunyai anak dan Isa Almasih itu
anaknya, maka orang itu kafir dan musyrik.
e) Bahwa Allah pada hari kiamat nanti
akan menanyakan Isa, apakah dia pada waktu di dunia menyuruh kaumnya agar
mereka mengakui Isa dan Ibunya (Maryam) sebagai Tuhan. Isa menjawab: Tidak.
f) Islam mengajarkan bahwa Allah SWT itu
hanya satu.
g) Islam mengajarkan ummatnya untuk
menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat dan dari larangan Allah SWT serta
untuk mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan.
Kemudian MUI mengeluarkan fatwanya
berisi :
1.
Perayaan Natal di Indonesia meskipun
tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa as, akan tetapi Natal itu tidak
dapat dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan di atas.
2.
Mengikuti upacara Natal bersama bagi
umat Islam hukumnya haram.
3.
Agar umat Islam tidak terjerumus
kepada syubhat (menyerupai) dan larangan Allah Subhanahu Wata’ala dianjurkan
untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan perayaan Natal.
Mengucapkan Selamat Hari Natal Haram kecuali Darurat. Darurat disini
dimaksudkan pada keadaan-keadaan yang memaksa kita untuk melakukan hal tersebut
dalam keadaan terintimidasi. Misal, dalam hal pekerjaan, jika tidak mengucapkan
selamat natal akan dipecat. Pada kondisi ini, boleh mengucapkan selamat natal, dengan
niat benar-benar tidak ingin mengucapkannya seraya memohon ampunan kepada
Allah.
Dari uraian penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa mengucapkan selamat
atas hari besar agama lain diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan bersama
muslimin), kecuali pada kondisi tertentu. Dalam negara yang memiliki banyak
agama ini, tentu kita tidak lepas dari interaksi dengan non muslim. Dalam
Islam, memang diajarkan untuk toleransi dan saling menghormati serta berlaku
adil, tapi sebaiknya pilah untuk urusan aqidah. Walaupun mengucapkan selamat
natal,dsb kepada teman atau kerabat non muslim dengan tujuan untuk toleransi,
atau pun balas ucapan karena ketika idul fitri mereka juga mngucapkan selamat.
Karena memang Allah menganjurkan kita berbuat baik kepada siapa saja, baik
kepada non muslim yang notabene tidak memerangi Islam.
Dosa atau tidak? Hmmm.. saya kurang tau dan tidak pantas untuk mengukurnya,
yang jelas diharamkan sesuai ijma’. Walaupun yang mengucapkan tidak akan
terpengaruhi imannya atau bagaimana. Karena hal iman dan dosa, itu menurut saya
hablumminallah, urusan setiap orang dengan Tuhannya. Saya tidak berhak
menentukan, karena memang hanya Allah yang mengetahui segala yang tersembunyi.
Terlepas dari itu,saya hanya ingin mengutarakan rasa kekecewaan saya
melihat perkembangan umat muslim di Indonesia, khususnya yang muda. Identitas
ke-Islaman semakin memudar dan tercampur-adukan. Saya bingung dengan yang
mengaku Islam, tapi masih jarang shalat, apalagi membaca Al-qur’an. Sedih,
ketika banyak muslim yang ikut merayakan natal. Sedih ketika banyak ucapan dan
perayaan tahun baru masehi, namun tepat tanggal 3 Januari 2015 (12 Rabbi’ul
Awal 1436 H), sedikit sekali ada ucapan,doa ataupun shalawat atas kelahiran
Nabi Muhammad SAW (maulid Nabi SAW). Miris memang, tapi ya memang itulah yang
terjadi. Memang kita tidak harus menjalankan Islam yang seperti
“terarab-arabkan” di peradaban dan geografis yang berbeda ini, tapi bersikaplah
sebagaimana seorang muslim seharusnya. Menjadi seorang Muslim yang benar-benar
mengidentitaskan Islam dalam dirinya. Didalam hati, perkataan dan amal
perbuatan. (Nanda S Wahyuni)