Jumat, 30 Mei 2014

Entah Apa Judulnya, Mungkin Pengobat Rindu


            Pagi buta, menjelang subuh tepatnya, saya terbangun dari tidur. Entah mengapa tiba-tiba tertawa-tawa sendiri mengingat kejadian lucu yang saya alami di sekre komisariat ekonomi sore tadi. Saya juga heran, baru bangun tidur langsung teringat dengan sekre, mungkin tadi saya mimpi tentang sekre tapi saya sudah lupa. Atau mungkin kerinduan untuk kembali ke sekre yang membuat saya begitu.
            Ya, kerinduan. Sekre komisariat ekonomi adalah salah satu tempat yang paling saya rindukan untuk selalu dikunjungi setiap hari. Ada yang kurang rasanya kalau pulang kuliah setiap harinya tidak mampir ke sekre. Mungkin ini tidak hanya saya yang merasakan, tapi anggota komisariat yang lain juga, terutama para kakanda alumni yang sudah tidak bisa lagi sering-sering berkunjung ke sekre karena harus ada fase hidup lain yang harus dijalani, atau kalau bahasa kerennya ‘naik kelas’.
            Mungkin itu sebabnya saya langsung berpikiran untuk membuka laptop, berpikir sejenak, dan menulis tulisan ini. Saya ingin ‘mengupas’ keadaan sekre yang membuat saya rindu setiap harinya untuk selalu bermain ke sekre. Saya juga ingin berbagi kerinduan itu kepada kakanda alumni atau anggota komisariat yang dengan segala macam kesibukannya sudah tidak bisa sering-sering bermain ke sekre lagi.
             Oke, langsung saja kita mulai. Sekre komisariat ekonomi ini merupakan sebuah rumah 2 lantai dengan 5 kamar, masih berada di pasar ambacang, berdekatan dengan yang dulunya kantor camat kuranji, yang sekarang sudah berubah menjadi kantor pemadam kebakaran, dan bersebelahan dengan kadai nasi ampera yang rasa sambalnya enak, murah dan saya sering makan disana. Begitu tiba di sekre, yang akan kita lihat adalah halaman sekre yang tidak begitu luas yang dijadikan tempat parkir kendaraan orang-orang yang datang ke sekre. Kadang, ada atau tidaknya kendaraan yang parkir di sekre menjadi penanda buat saya untuk melihat ada atau tidaknya orang di sekre, kalau tidak ada yang parkir, biasanya saya langsung pulang ke kos K.
            Masuk ke dalam, perpusatakaan mini yang akan pertama kali kita lihat (selain kamar bang caul dan motor penghuni sekre). Banyak buku-buku dari berbagai ilmu yang bisa ditemui disini. Selain itu ada juga kumpulan skripsi alumni komisariat dan berbagai kamus terjemahan bahasa indonesia ke berbagai bahasa. Bahkan saya juga baru tau kalau ada kamus terjemahan bahasa Indonesia ke bahasa Belanda disini. Tapi, ada satu statment lucu dari anggota komisariat yang baru lahir dari LK komisariat ekonomi bulan april lalu, namanya muthia, eh mutia (dia marah kalo namanya ditulis pake huruf ‘H’). Dia bilang begini, “Kak, kok bacaan disini berat-berat semua kayak badan bang ibob, kenapa ga ada kumpulan novel?”. Saya Cuma bisa tertawa sambil menjawab dalam hati, “Ada dek adaaaaaaaaa, ada novel kakak letakin disitu kemaren tapi gatau sekarang sama siapa *nangis cantik*.” Yang ngerasa, ehm, tolong balikin. Yah, begitu,walaupun ada beberapa novel yang saya letakan di perpustakaan mini ini, dua novel sih sebenarnya, dan sampai sekarang belum balik juga, saya cuma berpikir positif saja. Mungkin minat baca anggota komisariat sedang tinggi, sehingga novel-novel itu menjadi barang bergilir dari satu tangan ketangan lainnya tanpa singgah dulu di rak perpustakaan.
            Melewati perpustakaan mini, kita masuk lagi ke dalam. Tapi sebelum masuk, jangan lupa buka sepatu atau sendal dan letakan disini belum ada rak sepatu dimana saja asalkan rapi K. Kalau tidak rapi, nanti sekum komisariat yang mancung cantik lucu cetar membahana bisa marah walaupun tetap cantik. Ruangan yang akan kita masuki setelah perpustakaan mini adalah pusat berkumpulmya anggota komisariat. Disinilah semua kegiatan berlangsung, mulai dari belajar, diskusi, bercanda, rapat, main uno dan semua yang membuat saya selalu rindu untuk berkunjung ke sekre. Akses internet juga bisa didapatkan disini, karena ada wifi dari speedy yang kemarin disambar petir  yang pastinya selalu mendapatkan bantuan dari kakanda alumni sehingga wifi ini bisa kami nikmati setiap harinya. Terima kasih banyak kakanda *senyum-senyum manja*. Satu saran saya ketika mengakses internet dari wifi komisariat. Kalau sedang ramai dan banyak orang yang menggunakan wifi, jangan men-dowload, jangan nonton youtube, kalau tidak mau diamuk masa karena jaringan wifi yang jadi lambat. Ini serius. Saya pernah jadi korban.

            Oiya, ada yang baru dari ruang ‘pusat’ ini. Karata sekre sekarang, yang gendut yang buncit yang jomblo yang jago main bridge dan uno, Haady Kurniawan, mempunyai ide baru, yaitu papan motivasi. Di ruang pusat ini ada sebuah papan tulis kosong yang bisa dituliskan kata-kata motivasi dari siapa saja dan dari sumber apa saja. Kata haady sih, alasannya begini, “Alangkah bagus dan bangga nya kita kalau kata-kata motivasi dari kita dapat memotivasi orang lain juga”. Waaaaah. Nah, buat kakanda alumni ataupun anggota komisariat yang lain, jangan segan-segan untuk menuliskan kata-kata motivasinya di papan ini ketika berkinjung ke sekre dan berlomba-lomba untuk memotivasi orang lain. Berlomba-lomba dalam kebaikan InsyaAllah berkah J.
            Kita masuk lagi kedalam. Ruang sholat. Iya, ruangan selanjutnya yang akan kita temui adalah ruang sholat. Disini biasanya diadakan sholat berjama’ah (kalau maghrib). Biasanya, anggota komisariat yang cowok, akan berlomba-lomba untuk sholat kalau haady sudah ambil air wudhu, alasannya karena ingin sholat di-imam-i oleh Haady, saya juga heran kenapa bisa begitu. Dan biasanya juga, kalau sudah begitu, haady akan mengambil shaf paling belakang dan sholat sendirian. Astaga.
            Lanjut kita ke belakang. Ada ruangan baru, baru dibersihkan maksud saya. Sebuah kamar yang dulunya menjadi ruangan untuk menyimpan barang-barang yang sudah tidak terpakai yang dibersihkan oleh lelaki-lelaki perkasa penghuni sekre. Kamarnya juga sudah dicat, warnanya, ehm, ungu. Kamar itu akan ditempati oleh siapa saya belum tahu, yang jelas akan ada penghuni sekre baru yang kabarnya akan tinggal di sekre beberapa waktu lagi.
            Melewati kamar dengan cat berwarna, ehm, ungu tadi, kita akan sampai di dapur. Disinilah semua pernak-pernik yang berhubungan dengan masak dan makan berada. Mulai dari piring, sendok, gelas, kompor, magic jar serba guna, wastafel tempat mencuci piring, dan semuanya yang sering saya lihat karena saya sering masak disini  karena saya master of coocking  karena saya calon istri idaman  karena beberapa kegiatan komisariat juga berlangsung disini, seperti masak bersama ataupun lomba masak.
            Oiya, saya lupa menceritakan mengenai kamar mandi atau WC. Ada kok, ada. Anggota komisariat yang lain dan juga kakanda alumni, jangan ragu dateng ke sekre. Di sekre ada 2 kamar mandi yang bisa digunakan. Tapi berhubung yang satu agak sedikit gelap menurut saya, mungkin karena letaknya sedikit ke belakang, kamar mandi yang biasanya digunakan hanya satu, yaitu yang bersebelahan dengan dapur. Tetapi kalau ada yang harus menggunakan kamar mandi di belakang tadi dengan alasan emergency, maka tidak ada pilihan lain. Hehehe.
                        Oke, semua yang sudah saya ceritakan di atas itu adalah bagian dari sekre komisariat ekonomi, tapi hanya lantai 1 saja. Kalau untuk bagian lantai 2, saya tidak begitu paham karena cewek cantik dan manis seperti saya dilarang untuk naik ke lantai 2,bukan dilarang sih, kalau bisa jangan naik ke lantai 2, dengan alasan lantai 2 itu adalah area ‘cowok’ banget dan untuk menjaga estetika serta pikiran-pikiran masyarakat di sekitar sekre mengenai norma-norma yang berlaku di sekre komisariat ekonomi kita tercinta. Tapi yang saya tahu, di lantai 2 itu ada 2 kamar penghuni sekre, jemuran, tv, serta sinyal wifi yang lebih cepat.
            Tidak hanya perpustakaan, ruang pusat, ruang sholat dan dapur yang ada di sekre. Akhir-akhir ini, banyak bermekaran bunga-bunga asmara diantara anggota komisariat. Sempriiiwiit. Hehehe. Bagi orang-orang yang merasa sedang ditumbuhi ‘bunga’ ini, ayooo ayooo tutup mulut saya dengan pangsit kalau tidak mau nama atau inisialnya saya sebutkan disini. HAHAHAHAHA. *ketawa cantik*
            Saya rasa itu semua yang dapat saya ceritakan mengenai sekre komisariat ekonomi, komisariat CINTAkasih (ini password wifinya, hehe). Semoga cerita singkat ini dapat mengobati kekangenan kakanda alumni serta anggota komisariat yang sudah tidak bisa lagi sering main ke sekre karena sudah ‘naik kelas’ tadi. Selain itu, semoga sedikit cerita singkat ini bisa ‘menarik’ kakanda alumni serta anggota komisariat yang lain untuk datang, berkunjung, dan berbagi cerita ataupun diskusi di sekre komisariat ekonomi. We miss you all to going back “home”. Salam. YAKUSA.
            Eh, satu lagi, ini saya lampirkan beberapa kata-kata motivasi yang pernah tertulis di papan motivasi. “If we feel what they feel”-haady. “Kita bisa karena terbiasa, kita terbiasa karena bisa”-hamid. “Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat menghasilkan pemimpin lainnya”-Ogi. “Raja tidak akan pernah membunuh raja”-Salahudin (????) siapa salahudin ? ._.
Dari saya yang tiba-tiba terbangun








-ijek-

Perpustakaan Mini

Tempat Ngumpulnya Anggota Komisariat
Papan Motivasi

Dapur



Suasana Diskusi



                                                                                                                                                                                                                      
     

"Yang dikhawatirkan, anak muda yang tidak lagi punya idealisme..."


Diawali pernyataan mengenai pandangan kami selama mengikuti proses perkuliahan dengannya, sang dosen kemudian mulai mengutarakan apa yang  ia rasakan dan lihat. Pernyataannya yang intuitif, realistis dan logis ini menghantarkan bahasan yang menarik. Mulai dari bahasan selama perkuliahan sampai kepada realita yang terjadi saat ini. Sang dosen mengutarakan kegundahannya dengan tenang hingga bergejolak emosi.

Seketika aku tersentak mendengar statement ini keluar spontan dari mulutnya yang notabene seperhimpunan denganku. "Yang dikhawatirkan, anak muda yang tidak lagi punya idealisme", katanya keras. Kekecewaannya kembali memuncak ketika itu. Mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa harusnya memiliki idealisme untuk tetap progresif dan survive ditengah pergolakan zaman saat ini. Mahasiswa sebagai anak muda bangsa berperan penting dalam membangun negerinya sendiri yang tentunya dimulai dari dirinya sendiri dulu. Mahasiswa yang harusnya menciptakan peradaban, bukan malah tergerus dan lapuk termakan zaman.

Ideal-isme yang secara sederhana suatu keyakinan yang dianggap ideal, atau suatu ide/gagasan yang dipandang benar yang tercermin dalam pola pikir, sikap atau perilaku. Kalau master terhebat se-Sumbar  +Roni Baronisme bilang, konsep yang ideal menurut pandangan seseorang. Konsep ideal untuk mencapai dan menujudkan visi dan misi baik dalam organisasi maupun kehidupan sehari-hari, yang mana kumpulan idelisme yang sama dalam jumlah yang lebih besar biasa disebut ideologi.

Suara sang dosen semakin lantang ketika membahas issue ini. Kalau anda hanya berorientasi pada hasil dan mengabaikan proses maka anda termasuk orang yang gagal. Dengan gamblang si Bapak menceritakan, Saya sangat kecewa dengan mahasiswa saat ini. Kenapa begitu besar menaruh persentase pada hasil, namun kecil pada proses. Contoh sederhana ketika sedang menghadapi ujian. Dengan peradaban teknologi saat ini sangat memungkinkan untuk melakukan kecurangan.Seharusnya penggunaan teknologi dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Malas belajar dan kemudian meng-copy slide yang diberikan dosen ke hp memudahkan mahasiswa dalam menjawab soal yang diberikan.

Seharusnya, dengan perkembangan zaman, mahasiswa dengan idealisme-nya dapat membaca perkembangan dan memanfaatkan peradaban untuk kemajuannya dan bangsanya. Bukan malah tergerus dan melarutkan idealisme-nya untuk mencapai hasil yang diinginkan. Mahasiswa sebagai generasi muda yang menjadi "kader" harapan bangsa harusnya tidak mengorbankan idealisme-nya begitu saja. Bagaimana jadinya jika seseorang berpijak tanpa ada suatu dasar atau keyakinan yang dianggap benar? Mahasiswa sebagai insan intelektual seharusnya mampu bergerak, bukan digerakan peradaban. Jika mahasiswa sebagai generasi muda intelektual saja memiliki idealisme yang pudar, bagaimana dengan generasi muda yang non-akademis?

"Tidak terdeteksi lagi mahasiswa sebagai fighter....", gumamnya lagi. "Semakin rendah 'antena' nya, harus belajar lebih keras lagi! Biasakan mengerjakan sesuatu yang ada value-nya!". 

Fighter tidak terdeteksi lagi? hmmmm.......
Entah bagaimana Fighter ini tidak terdeteksi lagi. Apakah karena idealisme anak muda yang tak lagi gemilang ataukah benar-benar tergerus peradaban? Ataukah fighter ini terpudarkan oleh peradaban? pertanyaan ini hanya akan dijawab oleh kita sendiri. Bagaimana nasib kita kedepannya, bagaimana bangsa kita kedepannya, akankah lebih baik atau buruk akan terjawab dengan proses yang dilalui. Kita muda, kita yang memilih proses yang mana akan kita geluti. Proses berelief  terjal, curam, dan banyak rintangan kah yang akan kita pilih? atau kah relief yang kelihatan nya indah, datar atau cepat? Proses kita sendirilah yang akan menentukan hasilnya nanti. Maka, Besarlah karena Proses... 
(nanda- http://nandasw.blogspot.com/2014/05/yang-dikhawatirkan-anak-muda-yang-tidak.html)